Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mengingatkan angka inflasi pada kelompok komoditas pangan pokok (volatile foods) yang cukup tinggi di Solo masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
"Pengendalian inflasi memang menjadi salah satu tugas utama BI, secara umum inflasi yang terjadi pada kelompok 'volatile foods' di Solo masih di atas 5 persen," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Surakarta Bambang Pramono di Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Ia mengatakan angka inflasi tersebut perlu diturunkan mengingat secara nasional target "volatile foods" di bawah 5 persen.
"Kami pelajari dulu apa penyebabnya dan apa yang bisa dilakukan. Ada beberapa upaya yang akan kami lakukan untuk menurunkan angka tersebut," katanya.
Ia mengatakan beberapa upaya yang akan dijajaki di antaranya perdagangan antardaerah, memberdayakan kelompok tani, dan memperbanyak kios Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
Baca juga: Juli, Inflasi Kota Solo turun
"Memang kekhasan Solo ini kan lebih banyak perdagangan. Ke depannya akan kami optimalkan sektor itu," katanya.
Selain itu, pihaknya juga akan memperbanyak klasterisasi yang ada di Soloraya. Dengan demikian, secara otomatis juga akan mampu mendorong sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo meminta Kepala baru Kantor Perwakilan (KPw) BI Surakarta Bambang Pramono segera "blusukan" untuk mengimplementasikan program di lapangan.
"Jadi BI bukan hanya kuat dalam strategi program tetapi juga kuat dalam implementasi," katanya.
Ia mengatakan salah satu yang harus dilakukan adalah mengembangkan klaster pangan di Soloraya, di antaranya dari sektor pertanian dan perdagangan mengingat dua sektor tersebut menjadi sumber utama perekonomian Soloraya.
Ia juga berharap Bambang dapat mempertahankan prestasi Kota Solo dari sisi pengendalian inflasi. Berdasarkan data, dikatakannya, tingkat inflasi Soloraya berada di level 2,63 persen atau lebih rendah dibandingkan nasional sebesar 3,32 persen.
"Ini bukti nyata bahwa sinergi BI dengan Pemda sangat baik untuk memastikan harga terjangkau, inflasi terkendali, rakyatnya bisa sejahtera melalui TPID," katanya.
Baca juga: Harga cabai dan biaya pendidikan pemicu inflasi Jateng