Banyuwangi (Antaranews Jateng) - Musikus jaz asal Amerika Serikat Gabrielle Stravelli akan tampil dalam pergelaran musik jaz di salah satu hotel di "Kota Gandrung" Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat malam.
Gabrielle di Banyuwangi, Jumat, mengatakan dirinya yang datang bersama suaminya yang juga musikus jaz Pat O`leary, akan berbagi budaya musik jaz di Indonesia dengan mengisi lokakarya bersama pecinta musik jaz di Banyuwangi.
Dia menegaskan bahwa jaz merupakan musik yang santai, musik yang bisa menciptakan interaksi yang intim antara penyanyi dengan audiensnya.
Di Indonesia, pasangan suami isteri itu, akan bermain musik hanya di tiga kota, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Banyuwangi. Diplomasi kebudayaan berbalut musik jaz itu diinisiasi oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia.
"Apa yang disampaikan musik dan sampai kepada audiens, itulah jaz. Kita hilangkan stigma bahwa jazz itu rumit dan mahal," kata Gabrielle saat memberikan lokakarya jaz di SMAN I Giri sebagai siaran pers Pemkab Banyuwangi.
Serangkaian pergelaran musik jaz yang digelar Banyuwangi selama beberapa tahun terakhir, menginspirasi Gabrielle Stravelli, yang juga Duta Jaz Amerika Serikat itu, untuk datang ke Banyuwangi.
Untuk lokakarya, para peserta terdiri atas pelajar, guru seni, dan pemain musik di Banyuwangi. Mereka antusias mengikuti materi demi materi yang disampaikan pasangan suami istri itu.
Berbagai teknik dalam musik jaz disampaikan oleh Gabrielle yang pada kesempatan itu juga mengajarkan cara bernyanyi ala jaz. Diiringi alat musik piano dan elektrik kontra bas, dia mengajak para pecinta jaz mengikuti alunan suaranya.
Para peserta pun terlihat asyik mengikuti nada demi nada yang disuarakan oleh Gabrielle. Tidak hanya cara menyanyi, mereka juga mengajarkan cara bermusik, termasuk sejarah jaz.
"Musik jaz memang merupakan genre yang membutuhkan `skill` khusus untuk memainkannya. Terutama kemampuan improvisasi yang lebih ketimbang musik lain. Jadi memang harus dipelajari," ujarnya.
Dia menjelaskan mengapa dalam rangkaiannya ke Banyuwangi juga menggelar lokakarya.
"Di Indonesia, di Banyuwangi juga mungkin, tak mudah untuk menemukan guru jaz sebagaimana di tempat kami di New York. Karena itu kehadiran kami di sini sekaligus untuk berbagi ilmu kepada musisi dan pecinta jaz di Indonesia," katanya.
Gabrielle juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada Banyuwangi yang konsisten menggelar musik jaz.
"Banyuwangi tak hanya indah, tapi masyarakatnya sangat familier dengan musik jaz. Saya juga pernah dengar ada `student jazz` di sini. Ini bagus menurut saya," ucapnya.
Dalam konsernya, Gabrielle berjanji membawakan lagu khas Using dengan aransemen jaz. "Jaz itu `open-minded`, jadi kami tak salah kalau akan membawakan lagu daerah Banyuwangi," katanya. (Editor : Ida Nurcahyani).
Gabrielle di Banyuwangi, Jumat, mengatakan dirinya yang datang bersama suaminya yang juga musikus jaz Pat O`leary, akan berbagi budaya musik jaz di Indonesia dengan mengisi lokakarya bersama pecinta musik jaz di Banyuwangi.
Dia menegaskan bahwa jaz merupakan musik yang santai, musik yang bisa menciptakan interaksi yang intim antara penyanyi dengan audiensnya.
Di Indonesia, pasangan suami isteri itu, akan bermain musik hanya di tiga kota, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Banyuwangi. Diplomasi kebudayaan berbalut musik jaz itu diinisiasi oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia.
"Apa yang disampaikan musik dan sampai kepada audiens, itulah jaz. Kita hilangkan stigma bahwa jazz itu rumit dan mahal," kata Gabrielle saat memberikan lokakarya jaz di SMAN I Giri sebagai siaran pers Pemkab Banyuwangi.
Serangkaian pergelaran musik jaz yang digelar Banyuwangi selama beberapa tahun terakhir, menginspirasi Gabrielle Stravelli, yang juga Duta Jaz Amerika Serikat itu, untuk datang ke Banyuwangi.
Untuk lokakarya, para peserta terdiri atas pelajar, guru seni, dan pemain musik di Banyuwangi. Mereka antusias mengikuti materi demi materi yang disampaikan pasangan suami istri itu.
Berbagai teknik dalam musik jaz disampaikan oleh Gabrielle yang pada kesempatan itu juga mengajarkan cara bernyanyi ala jaz. Diiringi alat musik piano dan elektrik kontra bas, dia mengajak para pecinta jaz mengikuti alunan suaranya.
Para peserta pun terlihat asyik mengikuti nada demi nada yang disuarakan oleh Gabrielle. Tidak hanya cara menyanyi, mereka juga mengajarkan cara bermusik, termasuk sejarah jaz.
"Musik jaz memang merupakan genre yang membutuhkan `skill` khusus untuk memainkannya. Terutama kemampuan improvisasi yang lebih ketimbang musik lain. Jadi memang harus dipelajari," ujarnya.
Dia menjelaskan mengapa dalam rangkaiannya ke Banyuwangi juga menggelar lokakarya.
"Di Indonesia, di Banyuwangi juga mungkin, tak mudah untuk menemukan guru jaz sebagaimana di tempat kami di New York. Karena itu kehadiran kami di sini sekaligus untuk berbagi ilmu kepada musisi dan pecinta jaz di Indonesia," katanya.
Gabrielle juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada Banyuwangi yang konsisten menggelar musik jaz.
"Banyuwangi tak hanya indah, tapi masyarakatnya sangat familier dengan musik jaz. Saya juga pernah dengar ada `student jazz` di sini. Ini bagus menurut saya," ucapnya.
Dalam konsernya, Gabrielle berjanji membawakan lagu khas Using dengan aransemen jaz. "Jaz itu `open-minded`, jadi kami tak salah kalau akan membawakan lagu daerah Banyuwangi," katanya. (Editor : Ida Nurcahyani).