Kudus (Antaranews Jateng) - Permintaan kopiah menjelang puasa Ramadhan mulai meningkat menyusul diterimanya pesanan dari berbagai daerah di Tanah Air.
Menurut perajin kopiah dari Desa Honggosoco, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus M. Noor Yasin di Kudus, Jumat, pesanan mulai meningkat sejak Maret 2018.
Awalnya, kata dia, produksi kopiah per bulannya hanya sekitar 400-an kopiah, kini melonjak menjadi 800-an kopiah dengan berbagai motif.
Peningkatan produksi tersebut, kata dia, karena banyaknya pesanan dari sejumlah pedagang luar daerah, seperti dari Jabar dan Jateng.
Pemesannya, kata dia, didominasi oleh pedagang yang akan menjual kembali ke sejumlah daerah, terutama daerah yang terdapat pondok pesantren.
"Biasanya, pondok pesantren yang memang memiliki koperasi membutuhkan stok kopiah untuk dijual kembali kepada santri," ujarnya.
Karena melonjaknya permintaan, kata dia, untuk mempercepat proses pembuatannya dirinya membutuhkan tambahan tenaga kerja sehingga seluruh anggota keluarga dilibatkan, selain menggunakan tenaga kerja tetap.
Jumlah pekerjanya saat ini, kata dia, hanya mengandalkan enam orang ditambah dirinya yang membuat desain songkok dan istrinya untuk pengemasan.
Sebetulnya, kata dia, sentra songkok ada di wilayah Jawa Timur, namun beberapa pedagang dari wilayah Jawa Barat yang mengetahui produk songkok dari Kudus kemudian mencoba memesannya.
Setelah mengetahui kualitasnya, kata dia, ternyata lebih memilih memesan songkok dari Kudus karena selain mempertimbangkan kualitas juga harganya yang lebih murah.
Harga jual songkok yang ditawarkan, kata dia, berkisar Rp40.000 hingga Rp75.000 per buah disesuaikan dengan motif dan ukuran.
Bahan baku yang digunakan, kata dia, merupakan produk impor, salah satunya kain beludru yang didalamnya dipadu dengan kain keras sehingga lebih awet dan tidak mudah rusak ketika terkena air.
Untuk pesanan yang menginginkan harga murah, katanya, kain keras diganti dengan bahan lain, namun untuk kualitasnya memang jauh dibandingkan dengan songkok yang menggunakan kain keras.
Kendala yang dihadapi dalam membuat kopiah, kata dia, terkait proses pembuatan motif masih harus memesan ke Gresik, Jawa Timur, sehingga proses pembuatan songkok menjadi agak lama.
"Beberapa bahan baku juga harus dibeli dari Gresik, seperti kain beludru dan kain keras karena importir terbesar berasal dari daerah tersebut," ujarnya.
Harga jual bahan baku, kata dia, cenderung berfluktuasi karena mengikuti kurs dolar terhadap rupiah.
Kurs rupiah yang melemah sejak beberapa lama, kata dia, memang berpengaruh dengan harga bahan baku, namun dirinya sudah memiliki stok bahan baku cukup banyak sehingga harga jual songkok hasil produksinya masih stabil.