New York, ANTARA JATENG - Harga minyak AS berakhir lebih tinggi pada
perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), ketika data menunjukkan jumlah rig
di negara tersebut menurun pekan lalu.
Jumlah rig yang beroperasi di ladang-ladang minyak AS berkurang tujuh
rig menjadi total 736 rig pada minggu ini, kata perusahaan jasa ladang
minyak Baker Hughes dalam laporan mingguannya pada Jumat (23/10).
Namun, para analis menunjukkan bahwa pengurangan rig pengeboran di
Amerika Serikat bisa bersifat sementara, karena aktivitas telah
terkendali oleh ancaman badai baru-baru ini.
Sementara itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah terus memberi dukungan di pasar minyak.
Militer Irak pada Jumat (20/10) mengatakan pasukan Peshmerga Kurdi
menggunakan roket-roket Jerman dalam pertempuran melawan pasukan federal
Irak di daerah yang disengketakan di provinsi Kirkuk yang kaya minyak.
Sementara itu, media lokal melaporkan bahwa Pemimpin Tertinggi Iran
Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pada Rabu (18/10) bahwa Iran akan
mengurangi kesepakatan nuklir internasional 2015 menjadi tercabik-cabik,
jika Amerika Serikat mencabutnya.
Para analis mengatakan kerusuhan di Timur Tengah dan meningkatnya
ketegangan antara AS dan Iran mendorong harga minyak, karena para
pedagang khawatir ketegangan geopolitik dapat mengurangi ekspor minyak
dari wilayah tersebut.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI)
untuk pengiriman Desember, bertambah 0,06 dolar AS menjadi menetap di
51,90 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk
pengiriman Desember, turun 0,38 dolar AS menjadi ditutup pada 57,37
dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, demikian dikutip dari
Xinhua.