Purwokerto, ANTARA JATENG - Puluhan rumah di Desa Pakelen, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, retak-retak akibat jebolnya tanggul penahan tebing, kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Andri Sulistyo.
"Berdasarkan pendataan sementara tercatat sebanyak 25 rumah warga Desa Pakelen, Kecamatan Madukara, yang mengalami rusak ringan atau retak-retak," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima Antara di Purwokerto, Sabtu malam.
Menurut dia, pengecekan lokasi dan pendataan tersebut dilakukan setelah adanya pemberitaan di salah satu televisi swasta nasional yang menyebutkan 146 rumah warga Desa Pakelen mengalami kerusakan akibat bencana tanah bergerak.
Bahkan dalam pemberitaan juga disebutkan jika jumlah rumah rusak akibat bencana tanah bergerak maupun longsor di seluruh wilayah Banjarnegara mencapai ribuan unit.
Oleh karena itu, kata Andri, pihaknya pada Sabtu (11/3) siang mendatangi Desa Pakelen untuk mengecek lokasi dan menaksir (assessment) kerusakan rumah warga.
"Berdasarkan hasil `assessment` kerusakan rumah warga di Dusun Pakelen itu disebabkan oleh tanggul penahan tebing yang jebol pada tanggal 14 Februari 2017, pukul 20.15 WIB, dan jumlah rumah yang rusak tidak mencapai ratusan," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan tanggul berupa bronjong yang jebol akibat hujan deras itu berjarak sekitar 150 meter dari pemukiman.
Menurut dia, tanggul bronjong itu dibuat pada tahun 2009 menggunakan dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan.
"Dalam satu lokasi terdapat dua titik tanggul bronjong. Tanggul pertama berukuran panjang 8 meter dan tinggi 11 meter yang disusun secara terasering namun sering mengalami kerusakan, sedangkan tanggul kedua berukuran panjang 6 meter dan tinggi 3 meter," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan keterangan Kepala Dusun 2 Desa Pakelen, jebolnya tanggul penahan tebing itu mengakibatkan rumah-rumah warga mengalami retak-retak dan lantainya ambles.
Sementara dari pengecekan secara visual, kata dia, terjadinya rumah-rumah warga yang retak di Dusun 2, Desa Pakelen, cenderung disebabkan faktor labilnya tanah, sistem drainase yang tidak teratur, dan beban konstruksi bangunan rumah warga yang berat.
Menurut dia, peristiwa tersebut tidak mengakibatkan korban jiwa maupun pengungsian warga.
"Hanya kerusakan bangunan rumah warga retak atau rusak ringan," tegasnya.
Dia mengimbau warga memperbaiki saluran air di lingkungan sekitar mereka, segera menutup lubang retakan bila tanah mengalami retak, serta selalu waspada dan siaga bila terjadi hujan deras.
Menurut dia, tanggul bronjong yang jebol akan segera diperbaiki agar tanah tidak tergerus oleh aliran air dari drainase.
Terkait pemberitaan yang menyebutkan ribuan rumah di Kabupaten Banjarnegara mengalami kerusakan akibat bencana, Andri mengatakan berdasarkan pendataan yang dilakukan BPBD Banjarnegara sejak awal Januari hingga tanggal 7 Maret 2017 tercatat sebanyak 21 rumah rusak berat, 35 rusak sedang, 70 rusak ringan, dan 68 rumah terancam rusak akibat berbagai bencana.
"Khusus untuk bencana longsor tercatat sembilan rumah rusak berat, 27 rumah rusak sedang, lima rumah rusak ringan, dan 49 terancam," katanya.
Sementara pada tahun 2016, kata dia, tercatat 115 rumah rusak berat, 92 rumah rusak sedang, 274 rumah rusak ringan, dan 241 rumah terancam rusak akibat berbagai bencana.
Khusus untuk bencana longsor yang terjadi selama tahun 2016 tercatat 88 rumah rusak berat, 82 rumah rusak sedang, 94 rumah rusak ringan, dan 236 rumah terancam.