Akademisi: Serat Centhini Usaha Keselamatan Orang Jawa
Magelang, Antara Jateng - Serat Centhini berisi tentang usaha keselamatan hidup orang Jawa yang berkualitas di dunia dan akherat, kata dosen Program Studi Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Kartika Setyawati.
Kartika di Magelang, Kamis, mengatakan keselamatan hidup dunia menurut orang Jawa yang tercermin dalam Serat Centhini adanya upacara (manten, hamil tujuh bulan), pemilihan bahan yang baik sebelum digunakan, dan pemilihan hari baik untuk melakukan sesuatu.
Ia mengatakan hal tersebut dalam seminar "Tafsir Serat Centhini" pada Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2016.
"Keselamatan hidup akherat juga dunia adanya wejangan, tuntunan yang berhubungan dengan keagamaan (Islam)," katanya.
Ia mengatakan banyak versi Serat Centhini dalam naskah. Serat Centhini yang paling awal barangkali diwakili naskah dari Cirebon yang diterbitkan Sudibyo (1983). Naskah Centhini dari Cirebon ini berjudul Kidung Candhini, teksnya mengacu pada angka tahun 1616 M.
Ia menuturkan paling tidak ada delapan versi Serat Centhini berdasarkan persamaan bahasa. metrum, dan alur. Delapan versi tersebut diwakili naskah dari Cirebon, Jawa Barat, pesisir utara dengan aksara Pegon (dua versi), Centhini Jalalen, Centhini Danuningratan, Centhini Besar, dan Centhini Kutha Gedhe.
Pembicara lain dalam seminar tersebut, penulis yang fokus pada tema tasawuf, Agus Wahyudi mengatakan Serat Centhini bersifat ensiklopedis, yakni merangkum semua pengetahuan yang ada di Jawa sebagai karya jurnalistik.
"Jadi para penulis tidak memberikan penilaian baik atau buruk, terutama yang berkaitan dengan ajaran agama. Mereka hanya sekadar mencatat informasi yang ada, selanjutnya diserahkan kepada pembaca untuk menilainya," katanya.
Oleh karena itu, katanya ajaran yang di dalam Serat Centhini tidak hanya sebatas pada ajaran Islamsaja, namun juga ada ajaran animisme -dinamisme, Hindu, dan Buddha.
Ia mengatakan ajaran Islam yang dijabarkan dalam Serat Centhini dapat dibagi dua, yakni ajaran fikih (hukum Islam) dan tasawuf (kebatinan Islam).
"Ajaran fikih dalam kitab ini cenderung sederhana dan terkesan apa adanya, porsinya juga jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jabaran ajaran tasawuf yang memang menjadi jiwa bagi Serat Centhini itu sendiri," katanya.
Kartika di Magelang, Kamis, mengatakan keselamatan hidup dunia menurut orang Jawa yang tercermin dalam Serat Centhini adanya upacara (manten, hamil tujuh bulan), pemilihan bahan yang baik sebelum digunakan, dan pemilihan hari baik untuk melakukan sesuatu.
Ia mengatakan hal tersebut dalam seminar "Tafsir Serat Centhini" pada Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2016.
"Keselamatan hidup akherat juga dunia adanya wejangan, tuntunan yang berhubungan dengan keagamaan (Islam)," katanya.
Ia mengatakan banyak versi Serat Centhini dalam naskah. Serat Centhini yang paling awal barangkali diwakili naskah dari Cirebon yang diterbitkan Sudibyo (1983). Naskah Centhini dari Cirebon ini berjudul Kidung Candhini, teksnya mengacu pada angka tahun 1616 M.
Ia menuturkan paling tidak ada delapan versi Serat Centhini berdasarkan persamaan bahasa. metrum, dan alur. Delapan versi tersebut diwakili naskah dari Cirebon, Jawa Barat, pesisir utara dengan aksara Pegon (dua versi), Centhini Jalalen, Centhini Danuningratan, Centhini Besar, dan Centhini Kutha Gedhe.
Pembicara lain dalam seminar tersebut, penulis yang fokus pada tema tasawuf, Agus Wahyudi mengatakan Serat Centhini bersifat ensiklopedis, yakni merangkum semua pengetahuan yang ada di Jawa sebagai karya jurnalistik.
"Jadi para penulis tidak memberikan penilaian baik atau buruk, terutama yang berkaitan dengan ajaran agama. Mereka hanya sekadar mencatat informasi yang ada, selanjutnya diserahkan kepada pembaca untuk menilainya," katanya.
Oleh karena itu, katanya ajaran yang di dalam Serat Centhini tidak hanya sebatas pada ajaran Islamsaja, namun juga ada ajaran animisme -dinamisme, Hindu, dan Buddha.
Ia mengatakan ajaran Islam yang dijabarkan dalam Serat Centhini dapat dibagi dua, yakni ajaran fikih (hukum Islam) dan tasawuf (kebatinan Islam).
"Ajaran fikih dalam kitab ini cenderung sederhana dan terkesan apa adanya, porsinya juga jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jabaran ajaran tasawuf yang memang menjadi jiwa bagi Serat Centhini itu sendiri," katanya.