Angka Kemiskinan Jateng Naik Menjadi 4,507 Juta
Semarang, Antara Jateng - Angka kemiskinan di Jawa Tengah bulan Maret tahun ini mencapai 4,507 juta jiwa atau 13,27 persen dari total penduduk yang ada.
"Angka kemiskinan tersebut naik sekitar 1,11 ribu orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2015 yang tercatat sebanyak 4,506 juta orang," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah Margo Yuwono di Semarang, Senin.
Menurut dia, meskipun secara absolut meningkat, secara persentase jumlah penduduk miskin turun sebesar 0,05 persen jika dibandingkan dengan bulan Maret tahun lalu.
Untuk bulan Maret tahun 2015, angka kemiskinan di Jawa Tengah sebanyak 4,577 juta orang atau 13,58 persen dari total penduduk yang ada.
Sejauh ini, peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan dengan peranan komoditas bukan makanan di antaranya perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Pada bulan Maret 2016, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,00 persen. Angka ini mengalami sedikit perubahan jika dibandingkan dengan bulan September tahun lalu yang sebesar 73,23 persen.
Untuk komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di daerah perkotaan maupun perdesaan pada periode yang sama adalah beras dan rokok kretek filter.
Sedangkan komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap garis kemiskinan di daerah perkotaan maupun perdesaan adalah biaya perumahan dan bensin.
Untuk diketahui, penduduk perkotaan dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pengeluarannya kurang dari Rp315.269/kapita/bulan. Sedangkan untuk perdesaan, penduduk dikatakan miskin apabila pengeluarannya kurang dari Rp319.188/kapita/bulan.
"Secara keseluruhan di Jawa Tengah, garis kemiskinan kondisi Maret 2016 sebesar Rp317.348/kapita/bulan atau meningkat 2,06 persen dibandingkan dengan September 2015 yang mencapai Rp309.314/kapita/bulan," katanya.
"Angka kemiskinan tersebut naik sekitar 1,11 ribu orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2015 yang tercatat sebanyak 4,506 juta orang," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah Margo Yuwono di Semarang, Senin.
Menurut dia, meskipun secara absolut meningkat, secara persentase jumlah penduduk miskin turun sebesar 0,05 persen jika dibandingkan dengan bulan Maret tahun lalu.
Untuk bulan Maret tahun 2015, angka kemiskinan di Jawa Tengah sebanyak 4,577 juta orang atau 13,58 persen dari total penduduk yang ada.
Sejauh ini, peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan dengan peranan komoditas bukan makanan di antaranya perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Pada bulan Maret 2016, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,00 persen. Angka ini mengalami sedikit perubahan jika dibandingkan dengan bulan September tahun lalu yang sebesar 73,23 persen.
Untuk komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di daerah perkotaan maupun perdesaan pada periode yang sama adalah beras dan rokok kretek filter.
Sedangkan komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap garis kemiskinan di daerah perkotaan maupun perdesaan adalah biaya perumahan dan bensin.
Untuk diketahui, penduduk perkotaan dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pengeluarannya kurang dari Rp315.269/kapita/bulan. Sedangkan untuk perdesaan, penduduk dikatakan miskin apabila pengeluarannya kurang dari Rp319.188/kapita/bulan.
"Secara keseluruhan di Jawa Tengah, garis kemiskinan kondisi Maret 2016 sebesar Rp317.348/kapita/bulan atau meningkat 2,06 persen dibandingkan dengan September 2015 yang mencapai Rp309.314/kapita/bulan," katanya.