Bank Jateng Serap Aspirasi dengan FGD
Acara FGD yang digabungkan dengan acara gathering dengan tema "Peran dan Kontribusi Bank Jateng dalam Pembangunan Desa Melalui Dana Desa" tersebut digelar di kantor pusat Bank Jateng Jalan Pemuda Semarang, Selasa.
Hadir dalam acara tersebut, jajaran direksi Bank Jateng, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Jawa Tengah Emma Rachmawati, Kepala Bappeda Provinsi Jawa Tengah dan para narasumber dari berbagai kalangan (unsur pemerintah: Bappeda, Bapermades, Inspektorat Wilayah dan BPKP Perwakilan Provinsi Jawa Tengah) serta dari unsur akademisi dihadiri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undip Akhmad Syakir Kurnia dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Cabang Semarang Dwi Ratmono.
Selain itu, hadir juga pembicara dari Ketua Paguyuban Perangkat Desa Indonesia (PPDI) Provinsi Jawa Tengah, serta perwakilan Bapermades Kabupaten yang telah bekerja sama dengan Kantor Cabang Bank Jateng dalam pengelolaan Dana Desa yakni Kabupaten Kendal, Wonogiri, Magelang, Batang, Purbalingga dan Pati.
"FGD ini sangat berarti bagi Bank Jateng, karena di dalam serangkaian acara ini bisa kita serap aspirasi (masukan) serta berdiskusi tentang apa dan bagaimana keinginan pihakpihak terkait dana desa yang sesungguhnya untuk ke depan, harapannya dengan keberadaan Bank Jateng akan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat," kata Direktur Umum Bank Jateng Radjim.
Bank Jateng, lanjut Radjim, sebagai lembaga perbankan yang dimiliki Pemerintah Daerah se-Jawa Tengah, berperan sebagai pemegang kas daerah dan salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berperan penting sebagai penggerak perekonomian dan penunjang pembangunan daerah.
"Terkait pengelolaan dana desa, Bank Jateng telah dan akan terus meningkatkan peran sebagai mitra (financial consultant) bagi Pemda, baik Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten serta Pemerintah Desa di Jawa Tengah," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Radjim menyebutkan bahwa total aset Bank Jateng hingga November mencapai Rp48,1 triliun atau tumbuh 14,50 persen dibanding pencapaian pada November 2014 sebesar Rp42 triliun (year on year). Peningkatan aset tersebut didukung penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp41,67 triliun atau tumbuh 11,03 persen.
Sementara kredit yang disalurkan mencapai Rp30,93 triliun atau tumbuh 17,06 persen. Kredit tersebut lebih banyak disalurkan kepada usaha produktif yang tumbuh 37,85 persen, sehingga diharapkan akan memiliki kontribusi terhadap perekonomian daerah.
"Untuk laba usaha sampai dengan November 2015 ini telah mencapai Rp1.105 miliar atau telah melebihi target akhir tahun 2015 sebesar Rp1,1 triliun," katanya.
Radjim menambahkan bahwa Bank Jateng telah memperoleh dana hasil penerbitan Obligasi subordinasi sebesar Rp500 miliar pada tanggal 18 Desember 2015 dan dengan adanya penerbitan Obligasi tersebut, maka Bank Jateng dapat memperoleh animo dan minat pasar yang sangat besar hingga 1,6 kali.
Radjim berharap Dengan adanya acara ini, dapat memperkaya gagasan kebaruan yang dapat dikembangkan Bank Jateng agar pengelolaan Dana Desa di Jawa Tengah dapat lebih baik lagi dengan didukung peningkatan struktur pendanaan dan permodalan Bank Jateng.
Hadir dalam acara tersebut, jajaran direksi Bank Jateng, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Jawa Tengah Emma Rachmawati, Kepala Bappeda Provinsi Jawa Tengah dan para narasumber dari berbagai kalangan (unsur pemerintah: Bappeda, Bapermades, Inspektorat Wilayah dan BPKP Perwakilan Provinsi Jawa Tengah) serta dari unsur akademisi dihadiri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undip Akhmad Syakir Kurnia dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Cabang Semarang Dwi Ratmono.
Selain itu, hadir juga pembicara dari Ketua Paguyuban Perangkat Desa Indonesia (PPDI) Provinsi Jawa Tengah, serta perwakilan Bapermades Kabupaten yang telah bekerja sama dengan Kantor Cabang Bank Jateng dalam pengelolaan Dana Desa yakni Kabupaten Kendal, Wonogiri, Magelang, Batang, Purbalingga dan Pati.
"FGD ini sangat berarti bagi Bank Jateng, karena di dalam serangkaian acara ini bisa kita serap aspirasi (masukan) serta berdiskusi tentang apa dan bagaimana keinginan pihakpihak terkait dana desa yang sesungguhnya untuk ke depan, harapannya dengan keberadaan Bank Jateng akan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat," kata Direktur Umum Bank Jateng Radjim.
Bank Jateng, lanjut Radjim, sebagai lembaga perbankan yang dimiliki Pemerintah Daerah se-Jawa Tengah, berperan sebagai pemegang kas daerah dan salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berperan penting sebagai penggerak perekonomian dan penunjang pembangunan daerah.
"Terkait pengelolaan dana desa, Bank Jateng telah dan akan terus meningkatkan peran sebagai mitra (financial consultant) bagi Pemda, baik Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten serta Pemerintah Desa di Jawa Tengah," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Radjim menyebutkan bahwa total aset Bank Jateng hingga November mencapai Rp48,1 triliun atau tumbuh 14,50 persen dibanding pencapaian pada November 2014 sebesar Rp42 triliun (year on year). Peningkatan aset tersebut didukung penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp41,67 triliun atau tumbuh 11,03 persen.
Sementara kredit yang disalurkan mencapai Rp30,93 triliun atau tumbuh 17,06 persen. Kredit tersebut lebih banyak disalurkan kepada usaha produktif yang tumbuh 37,85 persen, sehingga diharapkan akan memiliki kontribusi terhadap perekonomian daerah.
"Untuk laba usaha sampai dengan November 2015 ini telah mencapai Rp1.105 miliar atau telah melebihi target akhir tahun 2015 sebesar Rp1,1 triliun," katanya.
Radjim menambahkan bahwa Bank Jateng telah memperoleh dana hasil penerbitan Obligasi subordinasi sebesar Rp500 miliar pada tanggal 18 Desember 2015 dan dengan adanya penerbitan Obligasi tersebut, maka Bank Jateng dapat memperoleh animo dan minat pasar yang sangat besar hingga 1,6 kali.
Radjim berharap Dengan adanya acara ini, dapat memperkaya gagasan kebaruan yang dapat dikembangkan Bank Jateng agar pengelolaan Dana Desa di Jawa Tengah dapat lebih baik lagi dengan didukung peningkatan struktur pendanaan dan permodalan Bank Jateng.