Rohani Din pemilik antologi puisi "Bonda Bundo Bersenandung" bersama Free Hearty itu terlihat semangat bersastra bersama para penyair dari berbagai daerah di Tanah Air, meski usianya tidak muda lagi.
"Di sini saya seperti di kampung halaman. Alamnya sangat mirip, dengan banyak pohon, air bening, dan udara sejuk. Jelas saya akan membuat puisi di tanah ini," katanya.
Zulfidayani rela datang jauh-jauh dari Kuala Lumpur ke Kota Magelang merasa terpanggil jiwanya untuk ikut bersastra di gunung yang jadi ikon Kota Magelang ini. Apalagi, dia cukup lama meninggalkan dunia sastra, karena pekerjaan.
"Dulu saya aktif di teater, tetapi vakum setelah bekerja. Sejak mengenal facebook, saya kembali aktif di sastra dengan menulis sajak-sajak. Kemudian ketemu dengan kegiatan Arus Sungai Sastra Magelang ini dan saya tertarik ikut," katanya.
Ia menuturkan sebenarnya bukan warga asli Kuala Lumpur. Dia hanyalah tenaga kerja wanita yang sekian tahun bekerja di Malaysia. Di negeri tetangga, dia mengajak sejumlah TKW atau TKI untuk aktif bersastra, seperti menulis puisi, cerpen, bahkan novel.
"Bersyukur, teman-teman menyambut baik. Kami pun berhasil membuat antologi puisi berjudul Jejak Pelangi (dari Putihnya Mimpi hingga Permataku) dengan delapan penulis," kata perempuan kelahiran Medan itu.
Ia mengatakan baru pertama kali ini bertualang sastra ke Kota Magelang. Dia sering membaca karya sastra yang mengangkat keagungan Gunung Tidar. Dia pun tertarik untuk datang dan menyelami keagungan itu dengan mata batinnya sendiri.
"Setelah saya datang, ternyata kotanya asyik, warganya ramah, dan kulinernya enak. Geliat sastranya juga bagus. Saya ingin membuat puisi di gunung ini," katanya.
Pembacaan puisi di Gunung Tidar yang diikuti sekitar 120 penyair tersebut dibagi menjadi empat kelompok di empat titik tangga menuju puncak Tidar. Setelah masing-masing kelompok selesai membaca mereka berkumpul menjadi satu di puncak Tidar.
Setelah mereka melakukan ritual dengan berjalan di puncak Tidar dilanjutkan lagi pembacaan syair di sekitar kompleks makam Kyai Ismoyo.