Kudus (ANTARA) - Transaksi penjualan di Pasar Kliwon, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang merupakan pusat grosir konveksi menjelang bulan puasa Ramadhan mulai meningkat karena pesanan dari berbagai daerah di Tanah Air mulai berdatangan.
"Selama pandemi COVID-19 omzet penjualan mayoritas pedagang di Pasar Kliwon memang turun drastis karena persentasenya mencapai 60-an persen lebih," kata Ketua Himpunan Pedagang Pasar Kliwon (HPPK) Kudus Sulistyanto di Kudus, Selasa.
Terlebih lagi, kata dia, ada kebijakan pemberlakuan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diperpanjang hingga tanggal 8 Februari 2021. Pelanggan yang biasanya kulakan di Pasar Kliwon tentunya berfikir dua kali untuk datang.
Beruntung banyak pelanggan dari luar kota yang memanfaatkan transaksi penjualan secara daring sehingga pesanan mulai berdatangan, meskipun belum pulih 100 persen seperti sebelum masa pandemi COVID-19.
Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kata dia, transaksi penjualan partai besar dimulai empat bulan sebelum memasuki bulan Ramdhan. Sedangkan untuk penjualan secara eceran biasanya tiga bulan sebelum lebaran.
"Alhamdulillah Pemkab Kudus juga memberikan kelonggaran terhadap pedagang dengan catatan tetap menjaga protokol kesehatan agar tidak sampai terjadi klaster penularan virus corona," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah disarankan subsidi ongkir daring UMKM
Ida Yanti, pedagang konveksi lainnya mengakui saat ini seharusnya memang masa panennya pedagang konveksi. Namun sejak pandemi memang belum bisa pulih 100 persen karena permasalahan serupa juga dialami masyarakat di daerah lain.
"Otomatis daya beli masyarakat juga ikut berpengaruh. Saya saja hingga kini belum berani memperbanyak stok dagangan karena khawatir tidak sesuai permintaan," ujarnya.
Permintaan dari luar Jawa, kata dia, memang mulai berdatangan, namun jumlahnya tidak sebanyak sebelum masa pandemi. Bahkan, banyak pelanggan yang kulakan berdasarkan pesanan dan tidak berani memperbanyak stok.
Lebaran tahun sebelumnya, lanjut dia, memang tidak sesuai harapan karena setelah memperbanyak stok dagangan, ternyata permintaan minim sehingga untuk menghabiskan barang dagangan butuh waktu yang cukup lama. Belum lagi, tidak semua barang yang didatangkan dibeli secara tunai melainkan diangsur secara bertahap.
Untuk itulah, menghadapi Lebaran 2021 tidak berani memperbanyak stok barang dagangan dan yang disediakan juga sesuai permintaan pasar karena transaksi sebelumnya bisa mencapai Rp30 juga per hari, kini hanya Rp10 jutaan.
Baca juga: Pasar Wiradesa digelontor Rp70 miliar
Pedagang yang kulakan pakaian di Pasar Kliwon, tidak hanya dari wilayah eks-Keresidenan Pati, melainkan dari Indonesia Bagian Timur, seperti Kalimantan, Irian, Ambon, dan Sulawesi.
Kepala Pasar Kliwon Sugito membenarkan transaksi penjualan di Pasar Kliwon memang belum pulih total. Sedangkan menjelang hari raya mulai ada peningkatan transaksi secara keseluruhan saat ini mencapai Rp15 miliaran per harinya, sedangkan sebelumnya lebih rendah.
"Dibandingkan sebelum masa pandemi memang masih lebih rendah karena sehari bisa mencapai Rp25 miliar," ujarnya.
Baca juga: Realisasi PAD retribusi pasar Pekalongan Rp2,1 miliar
"Selama pandemi COVID-19 omzet penjualan mayoritas pedagang di Pasar Kliwon memang turun drastis karena persentasenya mencapai 60-an persen lebih," kata Ketua Himpunan Pedagang Pasar Kliwon (HPPK) Kudus Sulistyanto di Kudus, Selasa.
Terlebih lagi, kata dia, ada kebijakan pemberlakuan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diperpanjang hingga tanggal 8 Februari 2021. Pelanggan yang biasanya kulakan di Pasar Kliwon tentunya berfikir dua kali untuk datang.
Beruntung banyak pelanggan dari luar kota yang memanfaatkan transaksi penjualan secara daring sehingga pesanan mulai berdatangan, meskipun belum pulih 100 persen seperti sebelum masa pandemi COVID-19.
Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kata dia, transaksi penjualan partai besar dimulai empat bulan sebelum memasuki bulan Ramdhan. Sedangkan untuk penjualan secara eceran biasanya tiga bulan sebelum lebaran.
"Alhamdulillah Pemkab Kudus juga memberikan kelonggaran terhadap pedagang dengan catatan tetap menjaga protokol kesehatan agar tidak sampai terjadi klaster penularan virus corona," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah disarankan subsidi ongkir daring UMKM
Ida Yanti, pedagang konveksi lainnya mengakui saat ini seharusnya memang masa panennya pedagang konveksi. Namun sejak pandemi memang belum bisa pulih 100 persen karena permasalahan serupa juga dialami masyarakat di daerah lain.
"Otomatis daya beli masyarakat juga ikut berpengaruh. Saya saja hingga kini belum berani memperbanyak stok dagangan karena khawatir tidak sesuai permintaan," ujarnya.
Permintaan dari luar Jawa, kata dia, memang mulai berdatangan, namun jumlahnya tidak sebanyak sebelum masa pandemi. Bahkan, banyak pelanggan yang kulakan berdasarkan pesanan dan tidak berani memperbanyak stok.
Lebaran tahun sebelumnya, lanjut dia, memang tidak sesuai harapan karena setelah memperbanyak stok dagangan, ternyata permintaan minim sehingga untuk menghabiskan barang dagangan butuh waktu yang cukup lama. Belum lagi, tidak semua barang yang didatangkan dibeli secara tunai melainkan diangsur secara bertahap.
Untuk itulah, menghadapi Lebaran 2021 tidak berani memperbanyak stok barang dagangan dan yang disediakan juga sesuai permintaan pasar karena transaksi sebelumnya bisa mencapai Rp30 juga per hari, kini hanya Rp10 jutaan.
Baca juga: Pasar Wiradesa digelontor Rp70 miliar
Pedagang yang kulakan pakaian di Pasar Kliwon, tidak hanya dari wilayah eks-Keresidenan Pati, melainkan dari Indonesia Bagian Timur, seperti Kalimantan, Irian, Ambon, dan Sulawesi.
Kepala Pasar Kliwon Sugito membenarkan transaksi penjualan di Pasar Kliwon memang belum pulih total. Sedangkan menjelang hari raya mulai ada peningkatan transaksi secara keseluruhan saat ini mencapai Rp15 miliaran per harinya, sedangkan sebelumnya lebih rendah.
"Dibandingkan sebelum masa pandemi memang masih lebih rendah karena sehari bisa mencapai Rp25 miliar," ujarnya.
Baca juga: Realisasi PAD retribusi pasar Pekalongan Rp2,1 miliar