Semarang (ANTARA) - PT Sampharindo Retroviral Indonesia, pabrik produsen obat HIV yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah, mulai berproduksi.
Operasional pabrik obat HIV tersebut ditandai dengan peresmian yang dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito di Semarang, Kamis.
Direktur Utama PT Sampharindo Retroviral Indonesia M.Syamsul Arifin mengatakan pada tahap awal pengoperasian pabrik ini, terdapat dua jenis obat yang diproduksi, yakni Telado dan Telavir.
"Ada lima jenis obat yang kami ajukan ke BPOM, hari ini sudah keluar dua," katanya.
Baca juga: Putus asa hadapi virus corona, penduduk di China incar obat HIV
Menurut dia, dari sekitar 600 ribu pengidap HIV di seluruh Indonesia, baru sekitar 17 persen yang ditangani dan menjalani pengobatan.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengobatan HIV/ Aids, lanjut dia, karena produk yang digunakan masih jarang dan harganya mahal.
Padahal, menurut dia, salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan HIV ini yakni dengan pengobatan rutin.
Keberadaan pabrik ini, kata dia, diharapkan bisa meningkatkan jumlah penderita yang diobati sehingga bisa mencegah pula penularan.
Dalam kesempatan itu, Kepala BPOM Penny Lukito juga menyerahkan secara langsung sertifikat izin edar untuk kedua jenis obat tersebut.
Baca juga: Temukan kasus HIV/AIDS, Kudus gencar lakukan pemeriksaan dan konseling
Menurut Penny, keberadaan pabrik yang juga merupakan dari penanaman modal asing ini sekaligus sebagai bukti kemudahan berinvestasi di sektor farmasi yang dilakukan BPOM.
"Melalui percepatan perizinan, keberadaan pabrik ini sekarang sudah mulai dioperasikan," katanya.
Melalui dua produk PT Sampharindo Retroviral ini, ia mengharapkan pengidap HIV bisa memperoleh obat dengan lebih mudah.
Baca juga: Pemkab Pekalongan ajak seluruh pihak bersinergi tanggulangi HIV/AIDS
Baca juga: Boyolali terapkan Perda penanggulangan HIV/AIDS
Operasional pabrik obat HIV tersebut ditandai dengan peresmian yang dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito di Semarang, Kamis.
Direktur Utama PT Sampharindo Retroviral Indonesia M.Syamsul Arifin mengatakan pada tahap awal pengoperasian pabrik ini, terdapat dua jenis obat yang diproduksi, yakni Telado dan Telavir.
"Ada lima jenis obat yang kami ajukan ke BPOM, hari ini sudah keluar dua," katanya.
Baca juga: Putus asa hadapi virus corona, penduduk di China incar obat HIV
Menurut dia, dari sekitar 600 ribu pengidap HIV di seluruh Indonesia, baru sekitar 17 persen yang ditangani dan menjalani pengobatan.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengobatan HIV/ Aids, lanjut dia, karena produk yang digunakan masih jarang dan harganya mahal.
Padahal, menurut dia, salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan HIV ini yakni dengan pengobatan rutin.
Keberadaan pabrik ini, kata dia, diharapkan bisa meningkatkan jumlah penderita yang diobati sehingga bisa mencegah pula penularan.
Dalam kesempatan itu, Kepala BPOM Penny Lukito juga menyerahkan secara langsung sertifikat izin edar untuk kedua jenis obat tersebut.
Baca juga: Temukan kasus HIV/AIDS, Kudus gencar lakukan pemeriksaan dan konseling
Menurut Penny, keberadaan pabrik yang juga merupakan dari penanaman modal asing ini sekaligus sebagai bukti kemudahan berinvestasi di sektor farmasi yang dilakukan BPOM.
"Melalui percepatan perizinan, keberadaan pabrik ini sekarang sudah mulai dioperasikan," katanya.
Melalui dua produk PT Sampharindo Retroviral ini, ia mengharapkan pengidap HIV bisa memperoleh obat dengan lebih mudah.
Baca juga: Pemkab Pekalongan ajak seluruh pihak bersinergi tanggulangi HIV/AIDS
Baca juga: Boyolali terapkan Perda penanggulangan HIV/AIDS