Presiden Joko Widodo mengundang bersilaturahim lagi para budayawan setelah hal serupa pada tahun lalu. Sekitar 30 dari kalangan mereka berbincang dalam kemasan suasana santai dengan Presiden di Istana Merdeka Jakarta, awal bulan ini.

Presiden ingin pertemuan dengan kalangan mereka bisa diselenggarakan lebih intensif, secara berkala tiga atau empat bulan sekali.

Pertemuan tersebut seakan menjadi jembatan penghubung untuk menjelaskan pemahaman pembangunan infrastruktur yang nyaris masif dan berupa fisik dikerjakan pemerintahan saat ini dengan nilai-nilai luhur serta penting di baliknya, berupa peningkatan pembangunan sosial-budaya dan kemajuan peradaban yang hendak dicapai.

Pertemuan Presiden Jokowi dengan para budayawan, sesungguhnya bisa ditangkap sebagai simbol jalan penghubung atas apa yang fisik dengan metafisika. Penghubung antara hal yang terkait dengan pembangunan fisik dalam jangka waktu tertentu dan hal yang metafisika, yang bukan instan alias perlu proses dengan waktu panjang.

Itu pertemuan bukan sekadar kasat mata, namun berkelindan kekayaan makna simbolik bagi peradaban bangsa. Butuh imajinasi kuat dan kreatif atau bahkan meditatif untuk memahami pertemuan mereka sebagaimana memahami secara menyeluruh atas hubungan pembangunan yang bersifat infrastruktur dan suprastruktur
 
Kepada mereka, Jokowi menjelaskan tentang pembangunan infrastruktur di berbagai daerah, terutama Indonesia timur, dengan tujuan penting membangun nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat negeri ini. Penjelasan serupa namun terkesan kurang eksploratif disampaikan Presiden dalam pidato pada berbagai kesempatan di berbagai daerah yang dikunjungi.

Dari mereka, Presiden beroleh masukan tentang pentingnya perhatian menyangkut pembangunan suprastruktur yang kurang lebih menyangkut nilai-nilai kebudayaan dan karakter bangsa, ataupun penguatan sumber daya manusia berbenteng kearifan bangsa.

Suprastruktur disebut Budayawan Mohamad Sobary yang ikut dalam pertemuan tersebut menunjuk kepada ideologi Pancasila dan revolusi mental.

Pembangunan suprastruktur menjadi kebutuhan penting untuk diperkuat secara masif pula saat ini, guna mengeluarkan bangsa ini dari persoalan pendangkalan atas makna kehidupan, atau untuk memperkuat peradaban bangsa di tengah super cepatnya perkembangan teknologi dan informasi. Perkembangan kemajuan teknologi informasi yang tidak mampu dihadapi secara jitu, arif bijaksana, dan cerdas bisa membuat bangsa ini tersesat dari cita-cita mendirikan Indonesia.

Mungkin memang cukup sulit dimengerti pentingnya pembangunan infrastruktur fisik untuk tujuan yang lebih memperkuat peradaban dan meningkatkan martabat bangsa. Barangkali memang lebih mudah dimengerti bahwa pembangunan jalan tol di mana-mana, misalnya, untuk mempercepat mobilitas dan menyingkat waktu tempuh, apalagi sekadar mempercepat gerak putaran kemajuan ekonomi.

Kalangan budayawanlah salah satu elemen penting yang kaya jurus pemikiran dan laku kreatif, untuk membantu pemerintah menyampaikan penjelasan secara eksploratif atas hubungan antara pembangunan infrastruktur dan suprastruktur. Hal yang infrastuktur dan suprastruktur bukankah bukan berdiri sendiri-sendiri?

Boleh jadi, silaturahim Jokowi dengan mereka, juga simbol Sang Presiden hendak menyampaikan harapan kepada budayawan untuk memainkan peran eksplorasi pemikirannya lebih masif melalui karya-karya budaya, yang menjelaskan hubungan penting antara infrastruktur dan suprastruktur itu.

Namun, tentu saja karya mereka diharapkan bukan sekadar menjalankan proyek fisik yang diberikan pemerintahan saat ini. Akan tetapi, sebagai jalan kebudayaan yang menjadi wujud dari salah satu puncak gunung peradaban kemajuan Indonesia.

 

Pewarta : Maximianus Hari Atmoko
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024