Pemandangan tersebut terjadi setiap pagi dalam beberapa hari terakhir, mereka adalah para pekerja yang akan menjemur tembakau rajangan di Lapangan Maron, Kelurahan Sidorejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
"Rigen" merupakan anyaman bambu berbentuk segi empat panjang dengan ukuran sekitar 80 centimeter kali dua meter digunakan untuk menjemur tembakau.
Sampai di tanah lapang tersebut para pekerja menurunkan satu per satu rigen yang telah ada tembakau rajangan di atasnya kemudian ditata berjajar untuk dikeringkan.
Setiap memasuki masa panen tembakau, hampir semua tanah lapang di Temanggung digunakan untuk menjemur tembakau rajangan.
Mulai pertengahan Juni 2012 petani di lereng Gunung Sumbing, Sindoro, dan Perahu Kabupaten Temanggung telah memasuki panen tembakau, namun hingga awal Agustus 2012 ini belum ada gudang pabrik rokok di Temanggung melakukan pembelian tembakau.
"Hingga saat ini gudang pabrik rokok belum melakukan pembelian tembakau sehingga pedagang belum berani membeli tembakau petani karena belum ada patokan harga dari pabrik," kata petani Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Setyo.
Ia mengatakan, pembelian tembakau oleh para pedagang pada panen kali ini agak berbeda dengan panen tahun lalu, mereka tidak mau banyak berspekulasi.
"Pada panen tahun lalu, memasuki bulan Agustus seperti sekarang sudah banyak yang melakukan pembelian tembakau, tetapi tahun ini baru satu dua pedagang yang berani membeli tembakau," katanya.
Menurut dia, kualitas tembakau hasil panen tahun ini baik seperti tahun lalu karena didukung dengan cuaca kering. Mudah-mudahan, dengan kualitas tembakau yang baik ini nantinya harganya bisa tinggi.
Ia menuturkan, beberapa pedagang memang telah berani melakukan pembelian dengan harga pada awal panen ini sekitar sekitar Rp40 ribu per kilogram.
"Namun, harga tersebut masih harga spekulasi pedagang karena belum ada patokan dari pabrikan. Mudah-mudahan harga tembakau tetap tinggi seperti tahun lalu sehingga petani bisa merayakan Lebaran tahun ini dengan baik," katanya.
Kepala Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Agus Parmuji, mengatakan memasuki awal panen tembakau tahun ini petani belum mengetahui harga jual tembakau karena perwakilan pabrik rokok di Temanggung belum menentukan patokan harga.
Ia mengatakan, tahun lalu pada awal panen harga tembakau grade A Rp30.000 per kilogram dan harga tertinggi pada akhir panen di Desa Wonosari mencapai Rp350.000 per kilogram.
"Kualitas tembakau tahun ini kelihatannya lebih baik, mudah-mudahan harganya bisa lebih tinggi atau paling tidak sama seperti tahun lalu," katanya.
Ia mengatakan, hasil panen pada 2012 diperkirakan akan lebih baik dibanding 2011 karena didukung kemarau panjang dan kering di kawasan Gunung Sumbing dan Sindoro.
"Tahun ini kemarau lebih kering sehingga tembakau yang dihasilkan akan lebih bagus," katanya.
Menurut dia, pada awal panen ini, kualitas tembakau yang dihasilkan bisa langsung grade B bahkan ada yang langsung grade C, sedangkan tahun lalu kualitas tembakau merambat dari grade A.
Ia mengatakan, petani yakin bila kualitas tembakau rajangan bagus pasti akan terserap semua ke pabrik rokok, karena tidak ada jaminan tahun berikutnya akan mendapat kualitas tembakau yang sama atau lebih bagus.
Pasar Tembakau
Mekanisme pasar tembakau berbeda dengan mekanisme pasar pada umumnya yang mengandalkan pola permintaan dan ketersediaan barang. Pada bisnis tembakau cenderung menerapkan pola monopsoni sehingga untuk mengatasi kerugian para petani dan pedagang, masing-masing harus bertindak profesional.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Temanggung, Agus Muslikhin, mengatakan profesionalisme harus diterapkan secara kolektif oleh para petani, pedagang dan "grader" setiap pabrik rokok. Hal tersebut diperlukan untuk menjamin keuntungan optimal secara finansial.
"Pola bisnis tembakau berbeda dengan pasar umumnya. Sebenarnya kunci dari bisnis ini terletak pada profesionalisme para pemainnya," katanya.
Menurut dia, para petani harus profesional dengan menyajikan tembakau yang berkualitas tinggi tanpa campuran bahan lain atau mencampur dengan tembakau dari luar daerah, karena kualitas tembakau Temanggung sangat bagus sehingga memiliki daya jual yang tinggi.
"Tembakau asli Temanggung, harganya akan lebih baik dari pada dicampur. Melihat dari kuota masing-masing pabrik, produksi tembakau di sini sangat cukup, jadi tidak perlu mendatangkan dari luar daerah karena akan merusak kualitas," kata Agus.
Ia mengatakan, pabrik dan para pedagang juga harus profesional dengan menerapkan harga sesuai standar. Problem "like and dislike" kepada para pedagang harus dibuang sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial antarpedagang.
"Termasuk di antaranya dalam hal potongan berat keranjang dan pengambilan sampel tembakau harus dibenahi," kata anggota DPRD Kabupaten Temanggung ini.
Menurut dia, selama ini profesionalisme dalam mekanisme pasar tembakau belum berjalan optimal sehingga dari banyak sisi masing-masing pihak dirugikan dan pemerintah kabupaten tidak bisa ikut campur dalam mekanisme pasar tembakau tersebut.
"Pemkab hanya memantau dan memberikan penyuluhan serta masukan. Selebihnya untuk menentukan standar harga tidak boleh," katanya.
Kepala Seksi Usaha Perkebunan dan Agribisnis Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, Gunarto, mengatakan, luasan tanaman tembakau di Temanggung tahun ini sekitar 15 ribu hektare atau meningkat 800 hektare dari tahun lalu.
Ia mengatakan perkiraan produksi tembakau Temanggung tahun ini antara 10 ribu hingga 12 ribu ton dan diperkirakan dapat terserap gudang pabrik rokok di Temanggung, karena kuota pembelian dari sejumlah pabrik rokok di atas perkiraan produksi tembakau.
PT Gudang Garam tahun ini akan membeli 7.500 ton, PT Djarum Kudus target pembelian 5.000 ton dan PT Bentoel sebanyak 3.000 ton. Sedangkan pabrik rokok skala kecil seperti Nojoromo, Jeruk, dan Sukun menargetkan pembelian tembakau sebanyak 3.000 ton.