Semarang (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Semarang menyebut sampai saat ini setidaknya sudah ada 50 ekor sapi yang terserang penyakit mulut dan kuku (PMK) dan tiga di antaranya mati.
"Data ter-update Rabu (15/1) sore ada 47 kasus aktif (PMK) dan mati tiga (sapi). Jadi, total 50 kasus," kata Kepala Distan Kota Semarang Shoti'ah di Semarang, Kamis.
Menurut dia, sebanyak 50 kasus PMK itu tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Banyumanik ada 33 kasus aktif dan tiga mati, serta Kecamatan Mijen sebanyak 14 kasus aktif.
Angka kasus PMK tersebut mengalami pertambahan, mengingat pada 12 Januari lalu tercatat total 47 kasus, terdiri atas 44 kasus aktif dan tiga sapi mati.
Ia berharap tidak ada lagi penambahan kasus PMK dengan berbagai intervensi yang dilakukan, seperti karantina hewan yang sakit dan vaksinasi bagi hewan yang sehat.
"Yang jelas teman-teman sudah bergerak di lapangan terkait dengan pengobatan, terus ada KIE (komunikasi informasi edukasi). Sudah bergerak semuanya," katanya.
Ia menyebutkan bahwa pihaknya juga telah mendapatkan jatah vaksinasi PMK sebanyak 200 dosis yang telah diberikan kepada sapi-sapi di peternakan mulai 13-15 Januari 2025.
Vaksinasi PMK untuk ternak tersebut, kata dia, diberikan di beberapa wilayah sentra peternakan, terutama Gunungpati yang sejauh ini belum terpapar PMK.
"Vaksin ya, harus (ternak) sehat, kalau sakit enggak boleh divaksin. Untuk ketahanan agar jangan sampai apa tertular PMK. Kalau untuk Mijen dan Banyumanik kan masih pengobatan ya," katanya.
Berkaitan dengan virus PMK pada ternak yang sekarang sedang merebak, ia juga mengimbau kepada para peternak untuk tidak panik karena penyakit tersebut bisa disembuhkan.
"Yang kedua, peternak juga harus aktif dalam memberikan informasi ke kami, apabila ada kasus di lapangan segera melaporkan ke kami sehingga kami bisa sama-sama bisa menindaklanjuti di lapangan," katanya.
Dari kalangan peternak, kata dia, diharapkan juga menjaga kebersihan kandang, memberikan pakan yang cukup dan vitamin agar hewan ternak tetap terjaga kesehatannya.
Selain itu, ia berharap tidak ada peternak yang menolak vaksinasi PMK pada ternak karena merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi penularan penyakit pada ternak.
"Dari peternak, jangan sampai ada yang menolak apabila ternaknya divaksin, karena untuk ketahanan juga. Kami harus bangun, memberikan pengetahuan kepada peternak agar vaksin ini diterima," kata Shoti'ah.
Baca juga: Udinus Semarang kukuhkan lima guru besar