DPD harapkan reaktivasi rel Purwokerto-Wonosobo terealisasi
Purwokerto (ANTARA) - Anggota DPD Abdul Kholik mengharapkan usulan reaktivasi jalur rel kereta api yang menghubungkan Purwokerto, Kabupaten Banyumas, dengan Wonosobo, Jawa Tengah, dapat terealisasi pada masa pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Yang pertama, perkembangan usulan program itu (reaktivasi jalur rel Purwokerto-Wonosobo) sudah terus kita gulirkan dan terakhir, di tingkat provinsi sudah masuk dalam daftar evaluasi oleh BPKP agar prioritasnya bisa didahulukan," kata Abdul Kholik di Purwokerto, Senin.
Sementara yang kedua, kata dia, pada level kebijakan di tingkat pusat juga sudah dikoordinasikan di berbagai kementerian.
Kendati demikian, dia mengakui semua itu masih menunggu menteri-menteri baru yang akan membidangi masing-masing kementerian pada kabinet mendatang.
"Dan kami berharap, Menteri Perhubungan baru ke depan memberi perhatian khusus kepada reaktivasi jalur ini," katanya.
Menurut dia, hal itu disebabkan jalur rel Purwokerto-Wonosobo akan sangat potensial untuk angkutan sektor pertanian dan sektor pariwisata.
Selain itu, kata dia, reaktivasi jalur rel kereta api tersebut juga mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Jateng bagian selatan.
"Bahkan, orientasi ekspor produk agro, maritim, dan pengembangan pariwisata akan sangat terbantu," katanya.
Ia membayangkan jika reaktivasi itu bisa terealisasi, akan ada kereta panoramic yang dapat digunakan wisatawan untuk menikmati keindahan kawasan Dieng dan Baturraden.
Senator asal Jateng itu meyakini hal itu akan bisa menjadi daya tarik destinasi wilayah selatan yang bukan hanya daerah atau nasional, juga mendunia.
"Ini tantangan atau peluang yang bisa dihadirkan kalau reaktivasi ini bisa segera diwujudkan," kata Kholik.
Jalur rel Purwokerto-Wonosobo yang merupakan perpanjangan jalur Maos-Purwokerto Timur itu dibangun secara bertahap pada tahun 1896-1917 oleh perusahaan kereta api Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) dan dalam perkembangannya disambung dengan jalur Prupuk–Kroya yang dikelola perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS).
Pembangunan jalur rel kereta api Purwokerto-Wonosobo sepanjang 88 kilometer itu ditujukan untuk mengintegrasikan perusahaan-perusahaan gula yang ada di wilayah tersebut dan selanjutnya dikembangkan untuk pengangkutan hasil bumi seperti teh, kayu manis, serta tembakau,
Akan tetapi sejak 1978, operasional jalur rel Purwokerto-Wonosobo dihentikan karena dinilai kalah bersaing dengan moda transportasi lain.
Jalur tersebut terakhir kali dilintasi kereta api pada pengujung tahun 1986, yakni KA barang yang berhenti di Stasiun Mantrianom atau sekitar 8 kilometer sebelah barat pusat kota Banjarnegara.
KA barang tersebut mengangkut peti kemas yang berisi komponen elektrik dari Prancis untuk keperluan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Panglima Besar Soedirman di Mrica, Banjarnegara.
Baca juga: KAI kembali hentikan sementara perjalanan KA Baturraden Ekspres
"Yang pertama, perkembangan usulan program itu (reaktivasi jalur rel Purwokerto-Wonosobo) sudah terus kita gulirkan dan terakhir, di tingkat provinsi sudah masuk dalam daftar evaluasi oleh BPKP agar prioritasnya bisa didahulukan," kata Abdul Kholik di Purwokerto, Senin.
Sementara yang kedua, kata dia, pada level kebijakan di tingkat pusat juga sudah dikoordinasikan di berbagai kementerian.
Kendati demikian, dia mengakui semua itu masih menunggu menteri-menteri baru yang akan membidangi masing-masing kementerian pada kabinet mendatang.
"Dan kami berharap, Menteri Perhubungan baru ke depan memberi perhatian khusus kepada reaktivasi jalur ini," katanya.
Menurut dia, hal itu disebabkan jalur rel Purwokerto-Wonosobo akan sangat potensial untuk angkutan sektor pertanian dan sektor pariwisata.
Selain itu, kata dia, reaktivasi jalur rel kereta api tersebut juga mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Jateng bagian selatan.
"Bahkan, orientasi ekspor produk agro, maritim, dan pengembangan pariwisata akan sangat terbantu," katanya.
Ia membayangkan jika reaktivasi itu bisa terealisasi, akan ada kereta panoramic yang dapat digunakan wisatawan untuk menikmati keindahan kawasan Dieng dan Baturraden.
Senator asal Jateng itu meyakini hal itu akan bisa menjadi daya tarik destinasi wilayah selatan yang bukan hanya daerah atau nasional, juga mendunia.
"Ini tantangan atau peluang yang bisa dihadirkan kalau reaktivasi ini bisa segera diwujudkan," kata Kholik.
Jalur rel Purwokerto-Wonosobo yang merupakan perpanjangan jalur Maos-Purwokerto Timur itu dibangun secara bertahap pada tahun 1896-1917 oleh perusahaan kereta api Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) dan dalam perkembangannya disambung dengan jalur Prupuk–Kroya yang dikelola perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS).
Pembangunan jalur rel kereta api Purwokerto-Wonosobo sepanjang 88 kilometer itu ditujukan untuk mengintegrasikan perusahaan-perusahaan gula yang ada di wilayah tersebut dan selanjutnya dikembangkan untuk pengangkutan hasil bumi seperti teh, kayu manis, serta tembakau,
Akan tetapi sejak 1978, operasional jalur rel Purwokerto-Wonosobo dihentikan karena dinilai kalah bersaing dengan moda transportasi lain.
Jalur tersebut terakhir kali dilintasi kereta api pada pengujung tahun 1986, yakni KA barang yang berhenti di Stasiun Mantrianom atau sekitar 8 kilometer sebelah barat pusat kota Banjarnegara.
KA barang tersebut mengangkut peti kemas yang berisi komponen elektrik dari Prancis untuk keperluan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Panglima Besar Soedirman di Mrica, Banjarnegara.
Baca juga: KAI kembali hentikan sementara perjalanan KA Baturraden Ekspres