Legislator dorong pengembangan KRL Semarang menuju Solo-Yogyakarta
Semarang, Jateng (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Bambang Haryo Soekartono mendorong pengembangan kereta rel listrik (KRL) atau KA komuter yang menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta (Joglosemar).
"Semarang ini adalah sentralnya Jawa. Jadi, namanya saja Jawa Tengah, ya, kota yang terbesar yang ada di Jawa Tengah atau ibu kota provinsi," katanya saat meninjau Stasiun Tawang, Semarang, Jateng, Rabu.
Sebagai sentral, kata dia, Kota Semarang harus betul-betul diperhatikan pengembangan sektor transportasinya, termasuk kereta api.
"Semarang itu harus bisa menjadi hub daripada semua jalur track yang ada, baik dari barat ke timur maupun utara ke selatan. Jadi, ini yang harus diperbanyak lagi, karena masyarakat sebenarnya sangat membutuhkan transportasi massal," katanya.
Seiring dengan perkembangan, kata dia, tingkat keterisian penumpang dari arah selatan, baik Solo maupun Yogyakarta saat ini sudah di atas 80 persen.
"Penumpang dari selatan, Solo dan Yogja sampai ini load factor-nya udah di atas 80 persen. Berarti apa? Ini sudah warning untuk segera pemerintah mendukung percepatan penambahan infrastruktur rangkaian kereta dan lokomotif," katanya.
Saat ini, KRL Solo-Yogya sudah ada sehingga ke depan, kata dia, bisa dikembangkan ke Semarang seiring dengan potensi wisata yang berkembang di kota-kota sekitarnya.
"Untuk KRL atau kereta komuter ini harus dipercepat ya, kami sangat mengharapkan kereta komuter yang ke selatan. Ini bisa meningkat jumlah penumpangnya seperti yang terjadi di Jakarta-Bogor," katanya.
Menurut dia, kereta api (KA) antarprovinsi nantinya bisa diintegrasikan dengan KRL Semarang-Solo-Yogyakarta, mengingat potensinya cukup besar.
"Kereta-kereta KRL tadi menuju ke Yogja-Solo, dan sebagainya, termasuk juga Magelang itu adalah daerah-daerah wisata yang kami harapkan dan dorong untuk berkembang," katanya.
Selain itu, Bambang mengatakan bahwa pemerintah juga harus berinvestasi mendukung percepatan pengembangan KRL Semarang-Solo-Yogya yang nantinya berimbas pada ekonomi di Jateng yang meningkat.
Sementara itu, Kepala PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 4 Semarang Daniel Johannes Hutabarat menyampaikan volume angkutan penumpang maupun barang menggunakan kereta api terus meningkat.
Untuk frekuensi perjalanan kereta api di wilayah Daop 4 Semarang, kata dia, rata-rata terdapat 117 perjalanan KA per hari, terdiri atas 89 perjalanan merupakan KA penumpang dan 28 perjalanan merupakan KA barang.
Ia menyebutkan volume penumpang kereta api di wilayah Daop 4 Semarang sampai dengan September 2024 tercatat 4.622.210 penumpang.
"Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 16 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023, yang tercatat sebanyak 3.979.748 penumpang," katanya.
KAI, kata dia, berkomitmen terus meningkatkan aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan kepada para pelanggan KA, serta mendukung prinsip keberlanjutan dengan mendorong penggunaan transportasi massal yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan ramah lingkungan.
"Semarang ini adalah sentralnya Jawa. Jadi, namanya saja Jawa Tengah, ya, kota yang terbesar yang ada di Jawa Tengah atau ibu kota provinsi," katanya saat meninjau Stasiun Tawang, Semarang, Jateng, Rabu.
Sebagai sentral, kata dia, Kota Semarang harus betul-betul diperhatikan pengembangan sektor transportasinya, termasuk kereta api.
"Semarang itu harus bisa menjadi hub daripada semua jalur track yang ada, baik dari barat ke timur maupun utara ke selatan. Jadi, ini yang harus diperbanyak lagi, karena masyarakat sebenarnya sangat membutuhkan transportasi massal," katanya.
Seiring dengan perkembangan, kata dia, tingkat keterisian penumpang dari arah selatan, baik Solo maupun Yogyakarta saat ini sudah di atas 80 persen.
"Penumpang dari selatan, Solo dan Yogja sampai ini load factor-nya udah di atas 80 persen. Berarti apa? Ini sudah warning untuk segera pemerintah mendukung percepatan penambahan infrastruktur rangkaian kereta dan lokomotif," katanya.
Saat ini, KRL Solo-Yogya sudah ada sehingga ke depan, kata dia, bisa dikembangkan ke Semarang seiring dengan potensi wisata yang berkembang di kota-kota sekitarnya.
"Untuk KRL atau kereta komuter ini harus dipercepat ya, kami sangat mengharapkan kereta komuter yang ke selatan. Ini bisa meningkat jumlah penumpangnya seperti yang terjadi di Jakarta-Bogor," katanya.
Menurut dia, kereta api (KA) antarprovinsi nantinya bisa diintegrasikan dengan KRL Semarang-Solo-Yogyakarta, mengingat potensinya cukup besar.
"Kereta-kereta KRL tadi menuju ke Yogja-Solo, dan sebagainya, termasuk juga Magelang itu adalah daerah-daerah wisata yang kami harapkan dan dorong untuk berkembang," katanya.
Selain itu, Bambang mengatakan bahwa pemerintah juga harus berinvestasi mendukung percepatan pengembangan KRL Semarang-Solo-Yogya yang nantinya berimbas pada ekonomi di Jateng yang meningkat.
Sementara itu, Kepala PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 4 Semarang Daniel Johannes Hutabarat menyampaikan volume angkutan penumpang maupun barang menggunakan kereta api terus meningkat.
Untuk frekuensi perjalanan kereta api di wilayah Daop 4 Semarang, kata dia, rata-rata terdapat 117 perjalanan KA per hari, terdiri atas 89 perjalanan merupakan KA penumpang dan 28 perjalanan merupakan KA barang.
Ia menyebutkan volume penumpang kereta api di wilayah Daop 4 Semarang sampai dengan September 2024 tercatat 4.622.210 penumpang.
"Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 16 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023, yang tercatat sebanyak 3.979.748 penumpang," katanya.
KAI, kata dia, berkomitmen terus meningkatkan aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan kepada para pelanggan KA, serta mendukung prinsip keberlanjutan dengan mendorong penggunaan transportasi massal yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan ramah lingkungan.