Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berencana meningkatkan program gerakan pasar murah untuk menekan harga beras, sebagai komoditas pangan yang mengalami kenaikan di berbagai wilayah.
"Harga beras memang sedang naik. Langkah-langkah (penanganan) terus kami lakukan, termasuk koordinasi dengan Bulog," kata Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana, di Semarang, Kamis.
Menurut dia, pemerintah pusat juga sudah menginstruksikan kepada Bulog untuk segera menggelontorkan stok beras ke pasar untuk membantu menekan harga beras di pasaran.
Dalam program gerakan pasar murah, kata mantan Kapolda Metro Jaya tersebut, Pemprov Jateng akan menggulirkan sebanyak 70 kali pada 2024.
Bahkan, kata dia, sejak awal tahun sudah dilakukan pasar murah di sejumlah daerah di Jateng.
Ia menjelaskan bahwa gerakan pasar murah bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mendapatkan komoditas beras dengan harga murah.
Selain itu, kata dia, pasar murah juga bisa membantu untuk menstabilkan inflasi di Jateng yang pada Januari 2024 berada pada angka 2,69 persen.
"Dari awal (tahun) sudah kami lakukan untuk menstabilkan harga dan inflasi. Ini akan kami tingkatkan kembali untuk gerakan pasar murah," katanya.
Baca juga: Pemkab Batang distribusikan beras harga murah ke pasar tradisional
Selain gerakan pasar murah, Nana memastikan langkah pendampingan juga terus dilakukan kepada para petani sehingga kenaikan harga beras lambat laun akan dapat diatasi saat musim panen padi tiba.
"Masuk musim penghujan percepatan tanam dilakukan. Saat ini sudah mendekati masa panen, bahkan sudah ada yang panen. Insya Allah kalau nanti sudah banyak yang panen, harga beras akan turun kembali. Itu langkah yang kami lakukan," katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Jateng Sumarno juga menyampaikan rencana untuk menggencarkan pasar murah untuk membantu mengatasi lonjakan harga beras di pasaran.
Diakuinya, bencana banjir yang baru saja menerjang Kabupaten Grobogan, Demak, dan Kudus memang berdampak terhadap pasokan beras karena daerah-daerah itu merupakan sentra penghasil beras.
"Kondisi (banjir) di Demak itu ternyata dampaknya luar biasa. (Sawah) yang tergenang hampir 2.000 hektare. Terus yang di Grobogan ternyata juga banyak sekali yang tergenang malah lebih banyak lagi ada 5.000 hektare," katanya.
Di saat yang sama, diakuinya, musim panen di lahan-lahan pertanian di Jateng memang mundur sehingga belum bisa banyak berkontribusi mencukupi stok beras di wilayah tersebut.
Sumarno memperkirakan musim panen raya padi di Jateng akan terjadi mendekati April 2024, tetapi saat ini sebenarnya sudah ada beberapa daerah sentra beras yang panen meski tidak serentak.
Baca juga: Mbak Ita sebut belum perlu operasi pasar beras di Semarang