Ketika sedimentasinya tidak pernah diatasi, maka dam sabo tersebut juga rata dengan dasar sungai sehingga air kembali meluncur dengan deras sehingga perlu dibersihkan secara gotong-royong oleh masyarakat desa.
Efektivitas membersihkan sungai dari endapan diperkirakan hanya berlaku antara satu hingga dua musim hujan, selanjutnya perlu perawatan berkala agar bisa berfungsi maksimal.
Upaya mengatasi banjir bandang di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, ternyata tidak hanya dari pemerintah kabupaten. Bahkan, pemerintah desanya juga sudah menempuh berbagai berupaya.
"Penghijauan juga sudah dilakukan, termasuk meminta warga untuk menjaga dan merawat tanaman yang berada di Pegunungan Kendeng yang berada di wilayah Kudus," ujar Kepala Desa Wonosoco Setiyo Budi.
Masyarakat ikut tergerak karena mereka juga merasakan langsung dampak banjir bandang yang mengakibatkan adanya korban jiwa, rumah roboh, dan rumah hanyut.
Warga juga memiliki langkah antisipasi sendiri agar rumahnya tidak tergenang banjir dengan membuat penyekat di lingkungan rumah sehingga ketika air sungai meluap, rumah warga aman dari banjir.
Tempat untuk menyelamatkan barang berharga juga sudah disediakan sehingga tidak ada kekhawatiran warga dengan banjir bandang karena sudah sering terjadi.
Banjir bandang di Desa Wonosoco sering melanda sejak tahun 2010, padahal sebelumnya jarang sekali terjadi.
Sementara kondisi Pegunungan Kendeng saat itu juga dalam kondisi gundul, terutama yang masuk wilayah Kabupaten Pati dan Grobogan. Warga di kedua daerah juga menanaminya dengan tanaman semusim.