Solo (ANTARA) - Praktisi kesehatan anak dari Rumah Sakit UNS Surakarta dr Maria Galuh meminta orang tua memahami jenis kejang pada anak sekaligus mewaspadai faktor risikonya.
"Setiap bayi dan anak yang demam bisa berpotensi kejang pada suhu-suhu tertentu," katanya pada Talkshow Bersama Doodle Exclusive Baby Care di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Ia mengatakan kejang demam merupakan kejang yang disebabkan oleh demam. Meski bukan merupakan kelainan otak, dikatakannya, perlu penanganan ekstra kranial di luar dari otak.
"Kejang demam bisa terjadi pada demam dengan suhu tertentu, masing-masing anak memiliki masa ambang batas berbeda-beda. Yang perlu diwaspadai adalah faktor resiko, apakah ada riwayat kejang demam dari orang tua," katanya.
Meski demikian, menurut dia, kejang demam tidak melulu karena penyakit.
"Biasanya anak mengalami demam dan menyentuh ambang batas suhu anak sehingga terjadilah kejang. Apalagi diperkuat dengan genetik dari orang tua," katanya.
Ia mengatakan kejang demam biasanya mulai terjadi pada usia 6 bulan-5 atau 6 tahun.
"Bahkan bisa jadi usia di luar itu juga mengalami kejang tetapi harus dicari penyebab lain. Akar masalah anak di bawah enam bulan mengalami kejang atau anak setelah enam tahun mengalami kejang perlu dicek lebih lanjut," katanya.
Menurut dia, ada beberapa penanganan yang perlu dilakukan jika anak mengalami kejang, salah satunya dengan membebaskan jalan napas untuk memastikan bayi atau anak tidak tersedak. Selain itu, dikatakannya, orang tua harus segera meletakkan bayi atau anak pada posisi miring, longgarkan baju, tidak boleh mengguncang-guncang dan menampar, serta menghentikan kejang secara paksa.
"Jika suhu tubuh panas kompres hangat dan bawa ke klinik terdekat, karena setiap kejang akan membuat pasokan oksigen ke otak berkurang," katanya.
Sementara itu, menurut dia jika bayi atau anak sudah pernah mengalami kejang berulang, maka orang tua harus menyiapkan termometer untuk cek suhu. Upaya lain adalah menyediakan obat penurunan panas.
"Obat panas apapun itu misalnya paracetamol, ibu profen jika tidak alergi, obat antikejang serta sedia obat masuk lewat dubur supaya lebih cepat dan tidak mengganggu pencernaan anak," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, kejang yang berbahaya bagi bayi atau anak adalah kejang berulang yang dalam setahun mengalami kejang demam 4-5 kali secara terus-menerus.
"Di sini dokter akan memberikan obat maintenance supaya mencegah kejang sambal dievaluasi," katanya.
Berita Terkait
Perhumas: PR harus cerdas dan cerdik
Selasa, 30 April 2024 21:29 Wib
Praktisi sebut pentingnya ruang ketiga di dunia pendidikan
Minggu, 25 Februari 2024 6:35 Wib
Praktisi kesehatan: Gigi susu perlu perawatan khusus
Kamis, 22 Februari 2024 15:51 Wib
Praktisi sebut pendekatan bisnis hotel wajib perhatikan kebutuhan konsumen
Kamis, 1 Februari 2024 19:20 Wib
Praktisi kesehatan sebut kasus infertilitas banyak di daerah maju
Minggu, 28 Januari 2024 15:55 Wib
Praktisi kesehatan UNS sebut imunisasi cegah serangan polio
Jumat, 12 Januari 2024 8:38 Wib
Pembukaan Conference WPRC 2023 tampilkan tiga praktisi berkompeten
Kamis, 2 November 2023 14:17 Wib
Praktisi: Potensi pasar "smart home" di Purwokerto cukup besar
Sabtu, 28 Oktober 2023 5:45 Wib