Praktisi sebut pentingnya ruang ketiga di dunia pendidikan
Solo (ANTARA) - Praktisi pendidikan Muhammad Nur Rizal menyebut pentingnya ruang ketiga di dunia pendidikan untuk membangun siswa dan guru agar dapat merespon tantangan zaman.
"Interaksi yang bahagia dapat memicu produktivitas dalam pembelajaran," kata pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) tersebut pada seminar Ruang Ketiga di Pendidikan di SMKN 8 Surakarta Jawa Tengah, Sabtu.
Dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (DTETI) FT UGM ini mengilustrasikan cara belajar anak-anak di Australia yang mengingatkan pada adegan dalam film Laskar Pelangi. Di mana banyak adegan memperlihatkan pelajaran yang diberikan di luar kelas.
Melihat gambaran tersebut, dikatakannya, esensi pendidikan sejati tidak terletak pada infrastruktur megah serta fasilitas yang hebat, tetapi pada kehadiran ruang-ruang kebersamaan, ruang dialog, imajinasi, dan dialektika yang setara bagi semua individu.
Ia mengatakan, dialektika yang setara bagi semua individu yakni keberadaan ruang ketiga.
"Walaupun sekolahnya mungkin tidak punya kurikulum, tidak mempunyai nilai akademik, tetapi mampu menciptakan siswa yang bisa mengubah keadaan dirinya sendiri," katanya.
Sementara itu, melalui GSM ia menjelaskan perlunya membangun kecerdasan berpikir secara fundamental bukan infrastruktur.
"Bukan hebatnya fasilitas, tetapi ruang-ruang ketiga yang diciptakan," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi SMA/SLB mewakili Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Provinsi Jawa Tengah Edi Purwanto mengatakan, tantangan terbesar pendidikan saat ini adalah bagaimana menciptakan sekolah yang benar-benar menyenangkan bagi siswa maupun guru.
Pada sisi lain, menurut dia perlunya sekolah menjaga agar kasus-kasus seperti perundungan tidak lagi meluas.
Karena itu, ia berharap gerakan sekolah menyenangkan bisa menjadi gerakan nyata untuk menginspirasi para warga sekolah.
Baca juga: Dinas Pendidikan Banyumas raih dua penghargaan BBPMP Jateng
"Interaksi yang bahagia dapat memicu produktivitas dalam pembelajaran," kata pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) tersebut pada seminar Ruang Ketiga di Pendidikan di SMKN 8 Surakarta Jawa Tengah, Sabtu.
Dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (DTETI) FT UGM ini mengilustrasikan cara belajar anak-anak di Australia yang mengingatkan pada adegan dalam film Laskar Pelangi. Di mana banyak adegan memperlihatkan pelajaran yang diberikan di luar kelas.
Melihat gambaran tersebut, dikatakannya, esensi pendidikan sejati tidak terletak pada infrastruktur megah serta fasilitas yang hebat, tetapi pada kehadiran ruang-ruang kebersamaan, ruang dialog, imajinasi, dan dialektika yang setara bagi semua individu.
Ia mengatakan, dialektika yang setara bagi semua individu yakni keberadaan ruang ketiga.
"Walaupun sekolahnya mungkin tidak punya kurikulum, tidak mempunyai nilai akademik, tetapi mampu menciptakan siswa yang bisa mengubah keadaan dirinya sendiri," katanya.
Sementara itu, melalui GSM ia menjelaskan perlunya membangun kecerdasan berpikir secara fundamental bukan infrastruktur.
"Bukan hebatnya fasilitas, tetapi ruang-ruang ketiga yang diciptakan," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi SMA/SLB mewakili Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Provinsi Jawa Tengah Edi Purwanto mengatakan, tantangan terbesar pendidikan saat ini adalah bagaimana menciptakan sekolah yang benar-benar menyenangkan bagi siswa maupun guru.
Pada sisi lain, menurut dia perlunya sekolah menjaga agar kasus-kasus seperti perundungan tidak lagi meluas.
Karena itu, ia berharap gerakan sekolah menyenangkan bisa menjadi gerakan nyata untuk menginspirasi para warga sekolah.
Baca juga: Dinas Pendidikan Banyumas raih dua penghargaan BBPMP Jateng