Bupati Banyumas ajak eksportir dukung kembangkan industri gula semut
Purwokerto (ANTARA) - Bupati Banyumas Achmad Husein mengajak para eksportir di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah untuk ikut serta mendukung pengembangan gula kelapa kristal atau gula semut di wilayah ini karena memiliki peluang ekspor yang besar.
"Gula semut potensinya luar biasa. Berdasarkan pendataan yang dilakukan sekitar empat tahun lalu, jumlah pohon kelapa di Banyumas mencapai 2,6 juta batang," kata Achmad Husein, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu siang.
Bupati mengatakan hal itu saat memberi sambutan dalam kegiatan Temu Eksportir dan Pengukuhan Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Banyumas, di Pendopo Sipanji, Purwokerto.
Menurut dia, dari 2,6 juta pohon kelapa tersebut, kata dia, pohon kelapa yang diambil niranya baru 120 ribu batang dan sekitar separuhnya telah disertifikasi.
"Jadi sebetulnya, potensi kami itu luar biasa. Sekarang tinggal bagaimana memperluas, memperbesar potensi tersebut dalam menghasilkan nira dan gula semut," ujarnya pula.
Kendati demikian, dia mengakui permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan gula semut adalah tidak banyak warga yang berani memanjat pohon kelapa untuk mengambil niranya.
Bahkan di daerah penghasil gula semut, kata dia lagi, dapat dipastikan ada warganya yang meninggal dunia akibat jatuh dari pohon kelapa saat mengambil nira.
Menurut dia, berbagai upaya telah dilakukan Pemkab Banyumas pernah meminimalisasi kejadian penderes nira yang jatuh dari pohon kelapa, salah satunya dengan memberikan 100 ribu bibit pohon kelapa genjah yang berbatang pendek secara gratis kepada masyarakat.
Akan tetapi, ujar dia lagi, pemberian bibit pohon dengan anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Banyumas tersebut ternyata menimbulkan permasalahan hukum.
"Kami juga telah mencoba dengan penggunaan safety belt (sabuk pengaman, Red), namun penderes hanya beberapa kali memakainya dan selanjutnya tidak pakai lagi karena merasa ribet," katanya lagi.
Lebih lanjut, Bupati mengaku telah mendapat informasi Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma) yang berada di Minahasa Utara, Sulawesi Utara telah mengembangkan pohon kelapa genjah yang menghasilkan nira dalam jumlah banyak setelah berusia 4 tahun.
Oleh karena itu, dia mengharapkan sebelum masa jabatannya berakhir pada tanggal 24 September 2023, bibit kelapa genjah yang dikembangkan Balit Palma sudah ada di Banyumas.
Selain gula semut, kata dia, Banyumas juga masih memiliki berbagai produk yang berpotensi ekspor.
"Mudah-mudahan dengan adanya Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) ini, kita bisa menolong sesama," katanya pula.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) GPEI Provinsi Jawa Tengah Ade Siti Muksodah mengatakan hingga saat ini GPEI telah memiliki 15 DPD.
Menurut dia, Banyumas merupakan kabupaten pertama di Indonesia yang bergabung dalam GPEI.
Ia mengakui gula semut asal Banyumas telah memiliki pasar ekspor di negara-negara besar, dan sudah digunakan oleh sejumlah perusahaan besar yang memproduksi minuman bersoda.
"Dalam waktu dekat, kami juga akan membawa Banyumas untuk menghadiri kegiatan di Siberia, Rusia," katanya lagi.
Baca juga: LPDP apresiasi Unsoed tingkatkan ekspor gula semut Purbalingga
"Gula semut potensinya luar biasa. Berdasarkan pendataan yang dilakukan sekitar empat tahun lalu, jumlah pohon kelapa di Banyumas mencapai 2,6 juta batang," kata Achmad Husein, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu siang.
Bupati mengatakan hal itu saat memberi sambutan dalam kegiatan Temu Eksportir dan Pengukuhan Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Banyumas, di Pendopo Sipanji, Purwokerto.
Menurut dia, dari 2,6 juta pohon kelapa tersebut, kata dia, pohon kelapa yang diambil niranya baru 120 ribu batang dan sekitar separuhnya telah disertifikasi.
"Jadi sebetulnya, potensi kami itu luar biasa. Sekarang tinggal bagaimana memperluas, memperbesar potensi tersebut dalam menghasilkan nira dan gula semut," ujarnya pula.
Kendati demikian, dia mengakui permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan gula semut adalah tidak banyak warga yang berani memanjat pohon kelapa untuk mengambil niranya.
Bahkan di daerah penghasil gula semut, kata dia lagi, dapat dipastikan ada warganya yang meninggal dunia akibat jatuh dari pohon kelapa saat mengambil nira.
Menurut dia, berbagai upaya telah dilakukan Pemkab Banyumas pernah meminimalisasi kejadian penderes nira yang jatuh dari pohon kelapa, salah satunya dengan memberikan 100 ribu bibit pohon kelapa genjah yang berbatang pendek secara gratis kepada masyarakat.
Akan tetapi, ujar dia lagi, pemberian bibit pohon dengan anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Banyumas tersebut ternyata menimbulkan permasalahan hukum.
"Kami juga telah mencoba dengan penggunaan safety belt (sabuk pengaman, Red), namun penderes hanya beberapa kali memakainya dan selanjutnya tidak pakai lagi karena merasa ribet," katanya lagi.
Lebih lanjut, Bupati mengaku telah mendapat informasi Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma) yang berada di Minahasa Utara, Sulawesi Utara telah mengembangkan pohon kelapa genjah yang menghasilkan nira dalam jumlah banyak setelah berusia 4 tahun.
Oleh karena itu, dia mengharapkan sebelum masa jabatannya berakhir pada tanggal 24 September 2023, bibit kelapa genjah yang dikembangkan Balit Palma sudah ada di Banyumas.
Selain gula semut, kata dia, Banyumas juga masih memiliki berbagai produk yang berpotensi ekspor.
"Mudah-mudahan dengan adanya Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) ini, kita bisa menolong sesama," katanya pula.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) GPEI Provinsi Jawa Tengah Ade Siti Muksodah mengatakan hingga saat ini GPEI telah memiliki 15 DPD.
Menurut dia, Banyumas merupakan kabupaten pertama di Indonesia yang bergabung dalam GPEI.
Ia mengakui gula semut asal Banyumas telah memiliki pasar ekspor di negara-negara besar, dan sudah digunakan oleh sejumlah perusahaan besar yang memproduksi minuman bersoda.
"Dalam waktu dekat, kami juga akan membawa Banyumas untuk menghadiri kegiatan di Siberia, Rusia," katanya lagi.
Baca juga: LPDP apresiasi Unsoed tingkatkan ekspor gula semut Purbalingga