Purwokerto (ANTARA) - Kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih memicu terjadinya inflasi pada bulan Desember 2022 di Purwokerto dan Cilacap, kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto Rony Hartawan.
"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada bulan Desember 2022 di Purwokerto tercatat mencapai 0,49 persen atau meningkat dari November yang sebesar 0,31 persen, sedangkan di Cilacap mencapai 0,59 persen atau naik dari November yang sebesar 0,20 persen," katanya dalam keterangan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin sore.
Ia mengatakan inflasi bulan Desember 2022 di Purwokerto terutama bersumber dari peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi sebesar 0,57 persen.
Jika dilihat dari komoditasnya, kata dia, komoditas yang mendorong peningkatan inflasi di antaranya adalah beras, telur ayam ras, tarif kereta api, rokok kretek filter, dan minyak goreng.
Di sisi lain, lanjut dia, inflasi lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga komoditas seperti sawi putih, nangka muda, kangkung, dan wortel.
"Dengan perkembangan tersebut, secara tahun kalender inflasi di Purwokerto tercatat sebesar 6,49 persen dan secara tahunan sebesar 6,49 persen. Capaian inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi Desember tahun 2019 sampai dengan 2021 yang sebesar 1,89 persen," jelas Rony.
Sama seperti di Purwokerto, kata dia, inflasi bulan Desember 2022 di Cilacap terutama bersumber dari kenaikan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 0,45 persen.
Jika dilihat dari komoditasnya, lanjut dia, komoditas yang mendorong peningkatan inflasi di antaranya adalah beras, telur ayam ras, rokok kretek filter, emas perhiasan, dan daging ayam ras.
"Di sisi lain, inflasi lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga komoditas jeruk, udang basah, kopi bubuk, teh, dan pembersih lantai," katanya.
Ia mengatakan secara tahun kalender, inflasi Cilacap tercatat sebesar 6,81 persen dan capaian inflasi secara tahunan dilaporkan sebesar 6,81 persen.
Menurut dia, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi Desember tahun 2019 sampai dengan 2021 yang sebesar 1,75 persen.
"Peningkatan harga beras yang terjadi di Purwokerto dan Cilacap sehingga memicu inflasi itu sejalan dengan penurunan pasokan akibat belum dimulainya masa panen beras," jelasnya.
Selain itu, kata dia, harga telur ayam ras dan daging ayam ras juga meningkat akibat peningkatan permintaan di akhir tahun dan implementasi kebijakan afkir dini serta curah hujan tinggi mempengaruhi produksi komoditas cabai rawit.
Terkait dengan hal itu, Rony mengatakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas dan TPID Kabupaten Cilacap telah melakukan penguatan sinergi program pengendalian inflasi serta penanggulangan dampak inflasi melalui implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Menurut dia, upaya yang dilakukan antara lain melalui pelaksanaan operasi pasar dan pasar murah untuk beberapa komoditas seperti beras, minyak goreng, aneka cabai, bawang merah, dan daging ayam ras.
"Juga pelaksanaan program urban farming melalui gerakan tanam cabai di pekarangan, pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah (KAD) komoditas bawang merah dan beras, serta pelaksanaan capacity building dan studi banding TPID," katanya.