Purwokerto (ANTARA) - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Rio Probo Kaneko, Sp.JP, FIHA mengingatkan bahwa nyeri dada sebelah kiri merupakan salah satu gejala khas serangan jantung yang perlu diwaspadai.
"Nyeri dada sebelah kiri salah satu gejala serangan jantung namun tidak semua nyeri dada itu berarti serangan jantung, ada beberapa tanda yang menunjukkan itu nyeri dada khas serangan jantung atau bukan," katanya di Purwokerto, Banyumas, Jateng, Minggu.
Dokter yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto menjelaskan, nyeri dada khas serangan jantung tidak terlokalisasi pada satu tempat atau satu titik.
"Seseorang biasanya merasa nyeri seperti tertusuk atau tertindih atau terhimpit benda yang berat, selain itu biasanya disertai penjalaran atau rasa nyerinya merambat, paling sering ke arah lengan kiri, leher, punggung," katanya.
Selain itu, kata dia, biasanya seseorang yang mengalami serangan jantung juga mengalami gejala penyerta lain seperti sesak nafas yang sangat berat, keluar keringat dingin dan terkadang disertai mual dan muntah secara berlebihan.
"Itu biasanya ciri yang menjadi gejala serangan jantung," katanya.
Dia juga menambahkan, jika seseorang mengalami gejala-gejala seperti di atas maka ada beberapa langkah yang perlu dilakukan yakni yang pertama harus menghentikan seluruh aktivitas, lalu beristirahat dengan posisi duduk atau bisa juga posisi tidur atau berbaring.
Setelah itu, segera menghubungi dokter atau fasilitas kesehatan yang terdekat untuk meminta bantuan.
"Nantinya akan dilakukan tindakan penyelamatan oleh dokter atau tim penyelamat untuk memberikan aliran darah pada pembuluh darah jantung yang tersumbat," katanya.
Dia menambahkan, ketika menunggu bantuan datang maka harus tetap tenang dan jangan panik. Selain itu juga disarankan tidak makan atau minum karena terdapat risiko tersedak yang bisa membahayakan.
"Biasanya kalo individu tersebut merupakan pasien jantung yang rutin kontrol, maka kami akan memberikan obat yang bisa mengurangi gejala nyeri dada, namun bagi yang bukan pasien jantung maka yang terpenting adalah menerapkan langkah-langkah di atas tadi dan jangan menunda menghubungi fasilitas kesehatan," katanya.
Dia mengingatkan, jika dilakukan penundaan dan pembiaran sehingga tidak bisa cepat tertangani maka dikhawatirkan terjadi kerusakan otot jantung yang lebih parah dan risikonya bisa berlanjut ke henti jantung.
Sementara itu dia juga menjelaskan, serangan jantung adalah kondisi ketika terhentinya aliran darah yang mengandung oksigen pada pembuluh darah koroner jantung akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner.
Hal tersebut akan menyebabkan kerusakan otot jantung karena otot jantung tidak mendapatkan aliran oksigen yang mencukupi.
Sementara henti jantung adalah kondisi di mana jantung berhenti berdetak dan memompa darah ke seluruh tubuh.
"Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi penyakit jantung seperti gangguan irama listrik jantung atau aritmia, penyakit jantung koroner, gagal jantung dan lain sebagainya," katanya.