Jakarta (ANTARA) - Jepang akan mengumumkan keadaan darurat Tokyo hingga 22 Agustus untuk membendung gelombang baru infeksi virus corona, kata seorang menteri utama seperti dikutip Reuters, Kamis.
Dengan kondisi darurat itu, penyelenggara Olimpiade mempertimbangkan melarang semua penonton datang langsung menyaksikan pagelaran pesta olahraga multi event yang akan dimulai sekitar dua pekan mendatang tersebut.
Penasihat medis pemerintah telah mengatakan selama berminggu-minggu bahwa Olimpiade tanpa penonton akan menjadi pilihan dengan risiko paling kecil di tengah meluasnya kekhawatiran publik bahwa kedatangan ribuan atlet dan ofisial akan memicu gelombang infeksi baru.
Penyelenggara telah melarang penonton dari luar negeri dan untuk saat ini membatasi pemirsa domestik 50 persen dari kapasitas, hingga 10.000 orang. Pembicaraan untuk menyelesaikan pembatasan penonton diperkirakan akan dilakukan pada Kamis atau Jumat.
Pembicaraan itu akan dipimpin oleh presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach, yang tiba di Tokyo pada Kamis untuk mengawasi tahap akhir persiapan.
Menteri ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura, yang mengepalai respon pemerintah terhadap virus corona, mengatakan keadaan darurat di Tokyo akan dimulai pada 12 Juli, setelah infeksi harian baru meningkat menjadi 920 pada Rabu, level tertinggi sejak pertengahan Mei.
Wilayah Tokyo saat ini di bawah pembatasan "kuasi darurat" yag agak kurang ketat. Di bawah pembatasan yang diperketat, restoran akan diminta untuk berhenti menyajikan alkohol, kata Nishimura.
Langkah tersebut diperkirakan akan dinyatakan secara resmi pada Kamis dan diikuti oleh konferensi pers oleh Perdana Menteri Yoshihide Suga.
Daerah tetangga Tokyo, tempat sejumlah event Olimpiade juga akan berlangsung, seperti Chiba dan Kanagawa, akan masih berada di bawah "kuasi darurat" hingga 22 Agustus.
Olimpiade dijadwalkan akan berlangsung mulai 23 Juli hingga 8 Agustus.
Hingga pekan ini, para pejabat bersikeras mereka dapat menyelenggarakan Olimpiade yang aman dengan sejumlah penonton, namun kemunduran partai berkuasa dalam pemilihan majelis Tokyo pada Minggu, yang oleh beberapa sekutu Suga dikaitkan dengan kemarahan publik atas Olimpiade, telah memaksa perubahan taktik, kata beberapa sumber.
Jepang akan menyelenggarakan pemilihan parlemen akhir tahun ini dan desakan pemerintah bahwa Olimpiade - yang ditunda tahun lalu karena penyebaran virus corona di seluruh dunia - harus dilakukan tahun ini bisa merugikan di kotak suara, kata mereka.