Pekalongan (ANTARA) - Sebanyak 65 perusahaan dari 130 perusahaan yang berada di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, selama pandemi COVID-19 dalam kondisi stagnan, kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu serta Tenaga Kerja setempat Edy Herijanto.
"Ada 50 persen perusahaan dalam kondisi stagnan, 17,5 persen merugi, dan 2,5 persen bangkrut, serta 30 persen masih tumbuh dengan baik di tengah pandemi COVID-19," katanya di Pekalongan, Rabu.
Menurut dia, berdasar data hingga akhir Oktober 2020, sebanyak 2.507 pekerja yang tersebar di tujuh perusahaan telah dirumahkan dan 470 pekerja di enam perusahaan dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Perusahaan kelas menengah ke atas di daerah setempat memang sudah banyak yang terdampak pandemi COVID-19
sehingga sudah ada 2.507 pekerja yang dirumahkan dan ratusan pekerja yang di-PHK," katanya.
Menurut dia, perusahaan yang paling terdampak pada kondisi pandemi COVID-19 menerpa pada perusahaan yang bahan baku produksinya didatangkan dari luar negeri terutama dari Tiongkok.
"Selama pandemi COVID-19, perusahaan tidak dapat mendatangkan bahan baku produksi dari Tiongkok sehingga berdampak pada kondisi perusahaan," katanya.
Namun dalam situasi pandemi COVID-19, kata dia, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang bertujuan untuk memperkuat perekonomian masyarakat seperti memberikan bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan bagi pekerja yang memiliki gaji di bawah Rp5 juta.
"Pemberian bantuan dari pemerintah itu diharapkan ddapat memperkuat geliat perekonomian masyarakat," kata Edi Herijanto.
Baca juga: Produksi beras di Pekalongan surplus 57.437 ton per Oktober 2020