Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Dua mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yakni Andanrani dan I'if Nur Safitri membuat robot pengolah dan pemroses sampah yang diberi nama "Magic Trash Robot" (Master).
Menurut salah satu mahasiswa penemu "Master", Andanrani di Malang, Jumat, tujuan dibuatnya robot pintar Master ini berangkat dari keresahan masyarakat terhadap sampah yang membawa dampak buruk di lingkungan sekitar.
"Kondisi ini yang melahirkan ide Master. Dengan adanya produk ini, segala aktivitas dalam memilih sampai sesuai jenisnya menjadi lebih praktis. Master juga memudahkan pengelolaan sisa makanan menjadi pupuk sederhana yang dapat mengurangi bau akibat pembusukan," kata Andanrani.
Baca juga: Cairan pembersih tangan hasil karya mahasiswa UMM dibagi-bagikan
Menurut Andanrani, di Indonesia belum ada teknologi seperti ini. Kalaupun ada, fungsinya hanya sebatas tempat sampah biasa di lokasi umum yang tidak dapat memilah-milah jenis sampah sendiri.
"Produk kami berupa robot sampah yang bisa memilah sendiri sesuai jenisnya, seperti plastik, kaleng, kaca, dedaunan, sisa makanan. Selain itu, dapat menguraikan sampah menjadi pupuk sederhana yang dapat meminimalisasi bau sampah," kata mahasiswa angkatan 2018 ini.
Selain itu, lanjutnya, Master mampu mengelola sampah menjadi pupuk sederhana dengan menggunakan inovasi baru agar dapat mengembangkan unsur kualitas produk yang baik, bermanfaat untuk masyarakat umum maupun pribadi.
"Produk Master ini diharapkan juga mampu mengelola sampah bekas menjadi barang bermanfaat bernilai ekonomi," ucapnya.
Baca juga: Ini tiga drone ciptaan dosen UMM untuk pertanian modern
Lebih lanjut, Andanrani mengatakan pengelolaan sampah kota di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah aktual seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk. Masalah ini berdampak pada semakin banyak jumlah sampah yang dihasilkan.
Sampah menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menyebabkan meningkatnya degradasi kebersihan lingkungan, karena mengeluarkan gas metan yang menyebabkan global warming. Menurut berbagai penelitian para ahli, katanya, gas ini (metan) memiliki daya rusak 23 kali lebih kuat dari karbon.
Robot Marster yang dibuat oleh kedua mahasiswa tersebut berhasil menjadi runner up dalam lomba business plan pada Dies Natalis ke-62 Politeknik ATK Yogyakarta.
Dalam lomba yang diikuti mahasiswa seluruh Indonesia ini, mereka juga menawarkan rencana bisnis berupa robot yang mampu memilah sampah sesuai jenisnya.
Berita Terkait

Mahasiswa ITT Purwokerto kembangkan robot pemadam kebakaran
Senin, 12 Oktober 2020 11:39 Wib

UMS kembangkan robot untuk mudahkan tenaga kesehatan
Sabtu, 10 Oktober 2020 16:49 Wib

UMS kirimkan tiga tim pada Kontes Robot Indonesia 2020
Sabtu, 26 September 2020 10:48 Wib

Robot pengganti wisudawan
Senin, 27 Juli 2020 18:36 Wib

Wisuda menggunakan teknologi robot peraga
Senin, 27 Juli 2020 18:09 Wib

Tiga robot mewakili lulusan Undip dalam acara wisuda daring
Senin, 27 Juli 2020 10:54 Wib

Robot pengantar obat pasien COVID-19
Jumat, 26 Juni 2020 18:18 Wib

Budayakan iptek, Balitbang gelar Kompetisi Robot Terbang untuk pelajar
Rabu, 26 Februari 2020 13:23 Wib
Komentar