"Saya belajar menjahit saat menjadi siswa SLB di Wonosobo jurusan tata busana," kata Agus dengan sedikit terbata saat ditemui di Semarang, Selasa.
Ia mengaku berinovasi dengan membuat masker transparan pada bagian mulut agar para penyandang tunarungu bisa berkomunikasi dengan melihat gerakan bibir.
Saat ini, masker ramah bagi penyandang tunarungu itu diproduksi di rumah Yuktiasih Proborini selaku Eksekutif Direktur Sejiwa Foundation di Jalan Kanfer Raya Blok O-15 Banyumanik, Kota Semarang.
Selain untuk penyandang tunarungu, masker tersebut akan dijual bebas untuk warga.
Baca juga: Presiden Jokowi beli masker kain produksi pengrajin Semarang
Kemampuan Agus Sutanto itu kemudian menginisiasi bersama Sejiwa Foundation untuk membuat masker yang ramah penyandang tunarungu.
"Untuk satu minggu, kita bisa menghasilkan sekitar 300 masker seperti ini," ujarnya.
Eksekutif Direktur Sejiwa Foundation Yuktiasih Proborini menambahkan masker transparan tersebut penting bagi masyarakat, terutama penyandang tunarungu.
Selain itu, dimaksudkan untuk pelayan masyarakat seperti tenaga medis dan pejabat pemerintahan.
"Selain bahasa isyarat, teman tunarungu biasanya melihat gerak bibir untuk berkomunikasi dengan orang lain sehingga kami membuat masker transparan ini," katanya.
Ketua Gerakan Kesejahteraan Untuk Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Kota Semarang Mahendra Teguh Priswanto menambahkan anggotanya saat ini sekitar 100 orang, mulai usia 17 hingga lebih dari 50 tahun.
"Dari sini kami juga peduli kepada tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19. Kami ada simbol atau bahasa tubuh untuk mengucapkan terima kasih dan semangat kepada tenaga medis," ujarnya.
Baca juga: Ganjar borong 3 juta masker hasil produksi UMKM di Jateng
Baca juga: IMM Magelang memproduksi masker untuk dibagikan pada warga
Baca juga: BPBD Temanggung produksi ribuan masker, dibagikan ke masyarakat