Harga jual tinggi, petani Kota Magelang diharapkan kembangkan produk organik
Magelang (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang mengharapkan para petani setempat mampu menangkap peluang bisnis produk pertanian organik atau ramah lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
"Mudah-mudahan petani kita di Kota Magelang dapat menangkap peluang bisnis produk organik atau setidaknya produk ramah lingkungan karena harga jualnya lebih menguntungkan bagi petani," kata Kepala Disperpa Kota Magelang Eri Widyo Saptoko di Magelang, Jawa Tengah, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa saat ini tuntutan masyarakat umum terhadap petani tidak sekadar kemampuan mengolah lahan pertanian hanya untuk produksi, namun mereka juga sudah harus memiliki kesadaran dan pemahaman yang baik tentang pentingnya memproduksi tanaman pertanian secara berkualitas.
Baca juga: Harga jual tinggi, kedelai organik potensial dikembangkan
Hal itu, kata dia, seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan yang sehat dan aman.
Ia juga mengemukakan tentang pentingnya kemandirian kelompok tani karena akan membuat petani yang menjadi anggotanya memiliki daya saing kuat dalam persaingan dunia pertanian yang semakin kompetitif terkait dengan era pertanian 4.0.
Pihaknya belum lama ini menggelar pengamatan intensif terhadap hama utama padi sawah yang sekaligus sebagai praktik pembuatan Plant Growth Promoting Regulator(PGPR) dan bakteri merah.
Kegiatan itu sebagai rangkaian Program Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) yang diikuti 25 petani di Kelurahan Magelang, pengendali organisme pengganggu tanaman, dan penyuluh pertanian.
Ia menjelaskan tentang pembuatan PGPR dan bakteri merah sebagai upaya pencegahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman sejak dini.
Petani yang sudah dapat memproduksi sebagian kebutuhan saprodi sendiri, seperti PGPR dan bakteri merah, kata dia, akan lebih efisien dalam menjalankan usaha pertaniannya.
"Petani yang efisien akan dapat memproduksi dan memasarkan hasil pertaniannya dengan harga yang lebih baik,” katanya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.
Ia menjelaskan pemanfaatan PGPR dan bakteri merah juga akan mengarahkan petani menuju pertanian organik yang lebih ramah lingkungan.
Kepala Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Disperpa Kota Magelang Ahmad Sholikhun menjelaskan PGPR memiliki tiga fungsi sekaligus, yakni sebagai bioprotektan yang akan melindungi tanaman dari serangan OPT selama fase yang dialaminya (sebagai imunisasi).
Selain itu, sebagai biofertilizer serta dapat berperan sebagai pupuk organik bagi tanaman petani, dan sebagai biofitohormon yang berperan krusial sebagai zat pengatur, yang membantu reaksi ezimatis pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ia menjelaskan tentang pentingnya bakteri merah dalam membantu keserempakan proses pemasakan calon hasil produksi pangan, seperti malai gabah dan buah-buahan.
“Kami berharap PGPR dan bakteri merah yang sudah dapat dibuat sendiri ini dapat mendukung peningkatan produksi padi petani di sini," katanya.
Penyuluh Pertanian Madya Disperpa Kota Magelang Among Wibowo mengemukakan pentingnya saat ini petani setempat mewaspadai serangan walang sangit terhadap tanaman padi mereka.
Pengendalian hama itu, ujar dia, dengan memanfaatkan PGPR dan pestisida nabati yang sudah dibuat.
"Segera dilakukan pengendalian terhadap walang sangit dengan PGPR dan pestisida nabati yang ada," katanya. (hms)
Baca juga: Kampung sayur organik Mojosongo targetkan mandiri pangan
Baca juga: Pertanian organik dapat kurangi biaya produksi
"Mudah-mudahan petani kita di Kota Magelang dapat menangkap peluang bisnis produk organik atau setidaknya produk ramah lingkungan karena harga jualnya lebih menguntungkan bagi petani," kata Kepala Disperpa Kota Magelang Eri Widyo Saptoko di Magelang, Jawa Tengah, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa saat ini tuntutan masyarakat umum terhadap petani tidak sekadar kemampuan mengolah lahan pertanian hanya untuk produksi, namun mereka juga sudah harus memiliki kesadaran dan pemahaman yang baik tentang pentingnya memproduksi tanaman pertanian secara berkualitas.
Baca juga: Harga jual tinggi, kedelai organik potensial dikembangkan
Hal itu, kata dia, seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan yang sehat dan aman.
Ia juga mengemukakan tentang pentingnya kemandirian kelompok tani karena akan membuat petani yang menjadi anggotanya memiliki daya saing kuat dalam persaingan dunia pertanian yang semakin kompetitif terkait dengan era pertanian 4.0.
Pihaknya belum lama ini menggelar pengamatan intensif terhadap hama utama padi sawah yang sekaligus sebagai praktik pembuatan Plant Growth Promoting Regulator(PGPR) dan bakteri merah.
Kegiatan itu sebagai rangkaian Program Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) yang diikuti 25 petani di Kelurahan Magelang, pengendali organisme pengganggu tanaman, dan penyuluh pertanian.
Ia menjelaskan tentang pembuatan PGPR dan bakteri merah sebagai upaya pencegahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman sejak dini.
Petani yang sudah dapat memproduksi sebagian kebutuhan saprodi sendiri, seperti PGPR dan bakteri merah, kata dia, akan lebih efisien dalam menjalankan usaha pertaniannya.
"Petani yang efisien akan dapat memproduksi dan memasarkan hasil pertaniannya dengan harga yang lebih baik,” katanya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.
Ia menjelaskan pemanfaatan PGPR dan bakteri merah juga akan mengarahkan petani menuju pertanian organik yang lebih ramah lingkungan.
Kepala Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Disperpa Kota Magelang Ahmad Sholikhun menjelaskan PGPR memiliki tiga fungsi sekaligus, yakni sebagai bioprotektan yang akan melindungi tanaman dari serangan OPT selama fase yang dialaminya (sebagai imunisasi).
Selain itu, sebagai biofertilizer serta dapat berperan sebagai pupuk organik bagi tanaman petani, dan sebagai biofitohormon yang berperan krusial sebagai zat pengatur, yang membantu reaksi ezimatis pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ia menjelaskan tentang pentingnya bakteri merah dalam membantu keserempakan proses pemasakan calon hasil produksi pangan, seperti malai gabah dan buah-buahan.
“Kami berharap PGPR dan bakteri merah yang sudah dapat dibuat sendiri ini dapat mendukung peningkatan produksi padi petani di sini," katanya.
Penyuluh Pertanian Madya Disperpa Kota Magelang Among Wibowo mengemukakan pentingnya saat ini petani setempat mewaspadai serangan walang sangit terhadap tanaman padi mereka.
Pengendalian hama itu, ujar dia, dengan memanfaatkan PGPR dan pestisida nabati yang sudah dibuat.
"Segera dilakukan pengendalian terhadap walang sangit dengan PGPR dan pestisida nabati yang ada," katanya. (hms)
Baca juga: Kampung sayur organik Mojosongo targetkan mandiri pangan
Baca juga: Pertanian organik dapat kurangi biaya produksi