Magelang (ANTARA) - Keteraturan transportasi publik di Kota Magelang, Jawa Tengah bisa terwujud karena keterlibatan banyak pihak dalam melaksanakan berbagai program terkait dengan pengembangan sarana dan prasarananya, kata Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito.
"Tentu keteraturan transportasi publik di Kota Magelang ada banyak pihak yang terlibat. Untuk itu, saya mengucapkan banyak terima kasih atas sinergi yang baik terhadap masyarakat dan juga Kapolres Magelang Kota, sehingga Kota Magelang bisa meraih kembali penghargaan (Wahana Tata Nugraha 2019, red.) ini," ujarnya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang di Magelang, Minggu.
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito menerima penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) kategori kota sedang di Jakarta Convention Center, Minggu.
Penyerahan penghargaan kepada kabupaten, kota, dan provinsi yang dinilai mampu menata transportasi publik dengan baik itu oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi
Baca juga: Wali Kota Magelang minta pemuda kawal pembangunan
Ia menyebut beberapa program yang telah berjalan di Kota Magelang sehingga menunjang diraihnya penghargaan tersebut, di antaranya Car Free Day 20 kali dalam satu tahun, Car Free Night pada malam tahun baru, adanya taman lalu lintas, keberadaan jalur khusus sepeda, pedesterian yang ramah terhadap penyandang disabilitas, kawasan tertib lalu lintas yang gencar dilaksanakan Pemkot Magelang bersama jajaran instansi terkait, dan implementasi Area Traffic Control System (ATCS).
"Saat ini ada 11 titik ATCS ditambah dengan 14 titik CCTV, adanya zona selamat sekolah, pelajar pelopor, Abdiyasa Teladan yang membawa Kota Magelang pernah meraih juara harapan 1 tingkat nasional," katanya didampingi Kapolres Magelang Kota AKBP Idham Mahdi.
Selain itu, Kota Magelang sudah mempunyai basis data rambu yang berguna untuk pengontrol dan pengawasan rambu, Cek Kir Online yang masuk dalam TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018, dan Public Safety Center oleh Dinas Kesehatan setempat.
Ia menyatakan bangga atas penghargaan tersebut, terlebih sejak 2014 hingga saat ini telah empat kali meraih WTN itu.
"Pertama pada tahun 2014, 2015, dan 2016. Yang lebih membanggakan lagi skor di semua aspek di atas 85 semua. Karena itu, kita mendapatkan WTN tahun 2019 ini Tanpa Catatan," kata Sigit.
Ia menyebut proses penilaian terhadap daerah untuk meraih WTN 2019 dilaksanakan secara kompleks dengan rentang waktu sejak 2018.
"Jadi selama dua tahun, kita sangat bersyukur karena transportasi kita dianggap memuaskan," kata dia.
Berbagai pihak di Kota Magelang terlibat dalam mewujudkan transportasi publik yang teratur, antara lain masyarakat, Polres Magelang Kota, dan pemkot setempat.
Kepala Dinas Perhubungan Pemkot Magelang Suryantoro menjelaskan pembangunan ATCS untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan masyarakat, serta seluruh objek vital di Kota Magelang karena dapat dipantau langsung oleh petugas jaga.
"Kami juga sudah memiliki Unit Pengujian Berkala Terakreditasi B, semua alat uji selalu terkalibrasi secara periodik setiap satu tahun sekali," katanya.
Fasilitas lain, kata dia, Terminal Tipe C Magersari, Kecamatan Magelang Selatan, telah memenuhi syarat sebagai terminal sesuai Peraturan Menteri Nomor 132 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan. Fasilitas itu didukung pembangunan 21 halte yang dilengkapi dengan rambu dan nama halte, papan informasi trayek yang melalui halte, lampu penerangan, dan stop kontak.
Ia mengatakan angkutan di Kota Magelang rata-rata beroperasi selama 12 jam.
Secara estetis, katanya, hal yang juga turut menjadi perhatian terkait dengan para pengemudi angkot yang dilengkapi seragam khusus pengemudi dan tanda pengenal masing-masing.
Selain itu, katanya, kesadaran warga soal kecepatan berkendara dalam kota masih standar, rata-rata tak lebih dari 40 kilometer per jam, sedangkan kondisi permukaan jalan hampir tidak ada jalan yang rusak, dan pedesterian ramah difabel dengan lebar lebih dari 1,5 meter.
Dia mengatakan ketersediaan rambu lalu lintas di Kota Magelang secara umum telah memenuhi kebutuhan, beberapa di antaranya rambu petunjuk, rambu peringatan, rambu perintah, dan rambu larangan.
"Kemudian paku jalan dan marka jalan yang bisa menyala ketika malam hari, bisa dijadikan pengendara untuk lebih berhati-hati dan lebih memahami kondisi di jalan raya," katanya. (hms)