Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Indra Permanajati mengingatkan pentingnya kajian ilmiah tentang krisis iklim dan bencana sebagai upaya mitigasi kebencanaan.
"Kajian ini harus matang dan melibatkan berbagai disiplin keilmuan, seperti meterologi, geofisika, geologi, geografi, astronomi dan ilmu-ilmu lain yang terkait dengan permasalahan iklim dan bencana," katanya di Purwokerto, Rabu.
Indra yang merupakan koordinator bidang bencana geologi Pusat Mitigasi Unsoed tersebut mengatakan kajian ilmiah tersebut akan menjelaskan penyebab dari krisis iklim dan bencana.
"Komponen saran dari kajian ilmiah tersebut diharapkan bisa dijabarkan dalam misi penanganan krisis dengan konsep mitigasi atau pengurangan risiko akibat krisis," katanya.
Selain itu, dia juga mengingatkan pentingnya evaluasi program pemerintah yang difokuskan dalam penanganan krisis iklim dan bencana.
"Dengan demikian langkah mitigasi yang dilakukan selalu dievaluasi tingkat keberhasilannya dan selalu diperbaharui supaya tingkat keberhasilannya bertambah," katanya.
Baca juga: Minimalisasi risiko bencana, akademisi ingatkan pentingnya pemetaan jalur sesar aktif
Hasil yang diharapkan dalam mitigasi krisis iklim dan bencana, kata dia, adalah mengetahui penyebab krisis tersebut.
"Misalnya apakah karena faktor alam atau karena faktor manusia ataukah kedua-duanya berperan. Dengan mengetahui penyebab krisis iklim dan bencana, maka mitigasi bisa dilakukan dengan tepat," katanya.
Dalam mendukung tingkat keberhasilan program mitigasi, kata dia, maka perlu dilakukan evaluasi secara konsisten.
"Dengan konsep tersebut maka penanganan krisis iklim dan bencana akan menjadi terukur, sehingga krisis yang terjadi sedini mungkin dapat diantisipasi," katanya.
Dia menambahkan, krisis iklim dan bencana sekarang sudah menjadi salah satu ancaman nyata bagi masyarakat di dunia.
"Masyarakat dan pemerintah sudah mulai merasakan ketidaknyamanan akan fenomena ini. Yang menjadi masalah apakah krisis iklim dan bencana bisa diminimalkan risikonya, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.
Baca juga: Minimalisasi risiko bencana, akademisi ingatkan pentingnya mitigasi tsunami
Baca juga: Profesor Dorodjatun: Infrastruktur harus tahan bencana