Jakarta (Antaranews Jateng) - Anda merasa kesal dengan anak Anda saat mereka gagal dalam ujian? Mungkin masalahnya bukan kebiasaan belajar anak Anda, atau kurangnya konsentrasi saat berada di dalam kelas. Studi terbaru menunjukkan bahwa smartphone anak Anda mungkin patut disalahkan.
Dikutip dari Phone Arena, Selasa, laporan studi yang diterbitkan oleh Environtmental Health Perspectives Swiss menyatakan bahwa hanya membutuhkan satu tahun penggunaan smartphone untuk membuat otak remaja terpengaruh oleh radiasi yang dikeluarkan oleh perangkat selama panggilan telepon.
Ini adalah hasil dari penelitian yang dilakukan pada sekitar 700 remaja usia 12 hingga 17 tahun. Tes memori verbal dan figural diberikan kepada kelompok sekitar satu tahun setelah mereka melakukan tes dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak memiliki skor ingatan figural yang lebih rendah setelah mengalami radiasi RF-EMR yang dipancarkan oleh ponsel mereka selama panggilan telepon.
Ironisnya, para peneliti menemukan bahwa skor ingatan verbal benar-benar meningkat dengan meningkatnya paparan terhadap lalu lintas data.
Karena pengguna cenderung memegang ponsel dengan tangan kanan dan menempelkan pada telinga kanan saat panggilan berlangsung, statistik menunjukkan bahwa orang tersebut lebih cenderung mengalami kehilangan memori.
Hal ini membuat Martin Roosli, salah satu penulis penelitian, mengatakan bahwa hasil penelitian "mungkin menunjukkan bahwa memang benar RF-EMF yang diserap oleh otak bertanggung jawab atas hal ini."
Untuk remaja yang menggunakan ponsel mereka untuk bermain game, menjelajah web atau mengirim pesan, kabar baiknya adalah kegiatan tersebut hanya mengeluarkan sedikit radiasi RF-EMF ke otak, dan tidak ada perubahan signifikan yang ditemukan dalam memori mereka yang menggunakan fitur-fitur tersebut pada smartphone.
Untuk mengurangi bahaya radiasi RF-EMF dari smartphone, pengguna dapat memakai headphone atau menggunakan fitur speaker pada perangkat saat melakukan panggilan telepon.
Sebagai catatan, penelitan tersebut menyebutkan bahwa hasil studi harus "ditafsirkan dengan hati-hati sampai dikonfirmasi pada populasi lain."
Roosli sendiri menyatakan bahwa hasil penelitian bisa saja dipengaruhi oleh pubertas, "yang mempengaruhi baik penggunaan ponsel, maupun keadaan kognitif dan perilaku partisipan."