Desa bernama Gumelem Kulon yang berada di salah satu kaki pegunungan Kendeng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, itu tampak asri dengan hamparan sawah yang sebagian besar berbentuk terasering.
Sebagian besar sawah di desa itu akan segera memasuki masa panen padi dan beberapa petak di antaranya sudah ditanami kembali setelah tanaman padinya selesai dipanen.
Hamparan padi yang menguning dan terlihat sehat tanpa adanya serangan hama maupun penyakit tanaman itu mengundang decak kagum Penanggung Jawa Upaya Khusus Kementerian Pertanian Wilayah Banyumas dan Banjarnegara Apri Handono saat berkunjung pada hari Rabu (21/3).
Bahkan, dia beberapa kali memotret hamparan padi yang telah menguning itu sembari mengucapkan "bagus sekali".
"Saya bersyukur di Banjarnegara, Dinas Pertanian begitu aktif dibantu oleh instansi lain, termasuk para penyuluhnya luar biasa, babinsa, dan petani. Tentunya keinginan untuk meningkatkan pendapatan atau produksi itu luar biasa," kata Apri Handono yang juga Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu.
Kondisi tanaman padi yang terlihat sehat itu dapat terwujud berkat ketekunan petani di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Banjarnegara, dalam menggarap sawah mereka yang didukung oleh pendampingan serius dari seorang penyuluh pertanian bernama Agus Subadi.
Pria itu hanyalah seorang tenaga harian lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) yang belum mendapat kesempatan diangkat menjadi aparatur sipil negara (ASN) meskipun telah mengabdi sejak tahun 2007.
Kendati demikian, dia tetap bersemangat dalam mendampingi dan menularkan ilmu pengetahuan kepada petani-petani yang didampinginya.
Ia mengaku sudah 10 tahun menjadi penyuluh tapi belum diangkat menjadi ASN karena terkendala dengan usia.
Hal itu terjadi karena pengangkatan THL-TBPP menjadi Penyuluh Pertanian Lapangan berstatus ASN pada tahun 2017 ditujukan untuk THL-TBPP yang berusia maksimal 35 tahun, sedangkan usia Agus telah mencapai 41 tahun.
Sejak menjadi THL-TBPP, dia banyak merasakan suka dan duka dalam mendampingi 16 kelompok tani di Desa Gumelem Kulon yang hingga saat ini masih aktif.
Meskipun hanya mendapatkan honor sebesar Rp1.500.000 per bulan serta biaya operasional penyuluh sebesar Rp320.000 per bulan dan jaminan sosial dari BPJS Ketenagakerjaan, tidak membuat pria beranak tiga itu putus asa dalam mendampingi petani untuk meraih mimpi berupa hasil pertanian yang melimpah.
Dia berusaha agar honor sebesar itu tetap mencukupi kebutuhan meskipun tidak memiliki penghasilan lain, termasuk tidak mempunyai sawah yang bisa digarap.
Jujur saja, dengan honor sebesar itu masih kurang, tetapi saya berusaha agar bisa mencukupi kebutuhan. Apalagi anak saya yang paling besar sebentar lagi akan masuk perguruan tinggi dan kebetulan istri saya hanya sebagai ibu rumah tangga, katanya.
Sementara dua anak lainnya, kata dia, masih duduk di bangku sekolah dasar dan taman kanak-kanak.
Dengan honor yang pas-pasan, Agus tetap konsetrasi dalam mendampingi petani meskipun harus memberikan penyuluhan kepada kelompok tani hingga larut malam.
Dalam hal ini, penyuluhan di tingkat kelompok tani dilakukan pada malam hari sedangkan di lapangan pada siang hari.
Berkat pendampingan Agus pula, Desa Gumelem Kulon sempat meraih prestasi berupa juara I tingkat provinsi dan juara harapan II tingkat nasional, seluruhnya dalam budi daya kedelai.
Terkait dengan posisinya yang masih berstatus THL-TBPP, dia mengharapkan ada pengangkatan menjadi ASN atau peningkatan kesejahteraan berupa penambahan honor.
Kita percaya, Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Informasi yang kami terima, Insya Allah akan ada revisi Undang-Undang ASN ataupun Keputusan Presiden yang mengatur batasan usia (THL yang akan diangkat menjadi ASN), katanya akan diubah kalau tidak 40 tahun, ya 45 tahun. Kalau 45 tahun, Insya Allah saya masih bisa terbawa, katanya.
Menurut dia, harapan tersebut juga disampaikan oleh para THL-TBPP lainnya yang belum mendapat kesempatan diangkat menjadi aparatur sipil negara, namun mereka tetap semangat untuk memberi pendampingan kepada petani demi kemajuan pertanian dan kedaulatan pangan.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Hasrat, Desa Gumelem Kulon, Dimin mengatakan Agus Subadi merupakan sosok penyuluh yang sangat luar biasa dalam bekerja.
Menurut dia, Agus tidak pernah menolak untuk mendatangi pertemuan kelompok tani perkebunan pada malam hari meskipun lokasinya berada di daerah atas atau perbukitan yang medannya cukup menantang karena sulit dilalui sepeda motor.
Bahkan, kata dia, Agus pun rela mendatangi pertemuan kelompok tani meskipun dalam kondisi hujan.
Ia mengatakan kehadiran Agus Subadi sangat ditunggu para kelompok tani dalam setiap pertemuan demi mendapatkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pertanian.
Dengan didampingi Agus selaku penyuluh pertanian, petani di Desa Gumelem Kulon sangat terbantu karena selalu memberikan informasi terbaru terkait dengan kegiatan pertanian. Agus tidak mengenal waktu, cuaca, dan kondisi medan, sehingga di mana pun kelompok mengundangnya, beliau pasti akan datang.
Saat ini, Agus Subadi bersama THL-TBPP lainnya yang belum diangkat menjadi ASN karena faktor usia, hanya menunggu adanya kesempatan dan peluang agar status mereka bisa menjadi aparatur sipil negara sehingga kesejahteraannya lebih terjamin.