Magelang, ANTARA JATENG - Pemerintah Kota Magelang, Jawa Tengah, terus mendorong peningkatan kesadaran masyarakat untuk membangun sanitasi yang layak guna mewujudkan lingkungan yang sehat.
"Kita terus melakukan sosialisasi dan pemicuan agar masyarakat lebih meningkatkan kesadaran untuk tidak buang air sembarangan. Jika memang susah disadarkan, Pemerintah Kota Magelang perlu membuat regulasi yang mengatur hal ini," kata Kepala Bidang Ekonomi dan Prasarana Wilayah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemkot Magelang Iwan Triteny Setyadi di Magelang, Kamis.
Salah satu upaya konkret yang sudah dilakukan Pemkot Magelang dalam mendukung terwujudnya sanitasi lingkungan yang layak dengan membangun instalasi pengolahan air limbah komunal atau "septic tank" bersama.
Ia menjelaskan warga bisa memiliki toilet di rumah masing-masing kemudian pembuangannya ke instalasi pengolahan air limbah komunal tersebut.
"Pemkot berkomitmen tahun depan sudah nol persen sanitasi tidak layak," katanya.
Ia mengaku kendala terbesar yang dihadapi pemkot dan masyarakat setempat menyangkut lahan yang sempit sehingga warga tidak bisa membangun instalasi tersebut secara sendiri.
Instalasi pengolahan air limbah komunal bisa dibangun antara lain di jalan atau di titik terbuka lainnya, dan bisa dimanfaatkan oleh banyak keluarga secara bersama-sama.
Hingga saat ini, Pemkot Magelang telah membangun 28 instalasi limbah yang tersebar di berbagai tempat di kota dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan tersebut. Fasilitas itu, mampu dimanfaatkan oleh ribuan keluarga di daerah setempat.
"Dengan adanya instalasi ini, keberadaan air limbah menjadi tidak mencemari lingkungan di sekitar," kata dia.
Fasilitator Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman, Sigit Wibawa, di sela Konsultasi Publik Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota 2017-2022 Kota Magelang di Aula Bappeda Pemkot Magelang, mengemukakan pentingnya peningkatan kesadaran warga untuk memperhatikan persoalan sanitasi lingkungan.
Hingga saat ini, 1.653 keluarga di daerah itu masih belum memiliki sanitasi yang layak.
"Kesadaran masyarakat kurang, kemudian budaya yang sudah ada sejak lama seperti buang air besar di sungai. Pendidikan dan ekonomi juga menjadi faktor penyebab sanitasi kurang layak," katanya.
Ia mengatakan masih ada warga yang buang air besar, antara lain ke kolam, sungai, tanah, sawah, atau tempat terbuka lainnya.
Selain itu, masih ditemukan kloset dengan model "leher angsa" yang langsung mengarahkan limbah ke sungai dan kloset langsung pembuangan.
"Yang terbanyak ditemukan, berupa toilet atau kloset dengan pembuangan langsung ke sungai," ujarnya. (hms)