"Inflasi bulan November lebih tinggi dibandingkan pada bulan Oktober yang justru mengalami deflasi sebesar 0,04 persen dengan IHK 120,38," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jateng Jam Jam Zamachsyari di Semarang, Selasa.
Secara terinci, kenaikan indeks pada kelompok makanan jadi 0,37 persen. Kenaikan indeks dengan besaran yang sama juga terjadi pada kelompok minuman, rokok, dan tembakau.
"Sedangkan untuk kelompok bahan makanan ini juga ada kenaikan indeks sebesar 0,36 persen," katanya.
Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi, di antaranya daging ayam ras, telur ayam ras, rokok kretek filter, beras, dan mobil.
Meski demikian, dari kelompok sembako ada beberapa komoditas yang memberikan sumbangan terhadap terjadinya deflasi, di antaranya minyak goreng, bawang putih, dan bawang merah. Untuk komoditas lain, di antaranya emas perhiasan dan cabai hijau.
Dilihat dari enam kota survei biaya hidup (SBH), katanya, inflasi tertinggi terjadi di Kota Surakarta 0,32 persen dengan IHK 118,66, selanjutnya Kota Tegal 0,24 persen dengan IHK 118,15.
Kota SBH lainnya, yaitu Kota Kudus dan Kota Semarang mengalami inflasi 0,21 persen dengan IHK masing-masing 127,05 dan 120,52.
Selanjutnya, Kota Cilacap 0,20 persen dengan IHK 123,38 dan inflasi terendah terjadi di Kota Purwokerto 0,16 persen dengan IHK 119,21.
Secara keseluruhan, berdasarkan data dari BPS laju inflasi tahun kalender November 2015 besaran inflasinya 1,73 persen atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mengalami inflasi 5,84 persen.
Laju inflasi "year on year" (yoy) November tahun ini 4,02 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mengalami inflasi 6,19 persen.