Purwokerto (ANTARA) - Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi tameng bagi kesehatan generasi muda di tengah gaya hidup serba cepat.
Termasuk bagi seorang guru muda dari Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Faizah Nada Rahmadani (25) yang sadar betul pentingnya bergabung dalam kepesertaan program JKN.
Melihat kondisi saat ini, anggapan bahwa jaminan kesehatan hanya dibutuhkan oleh mereka yang telah memasuki usia lanjut rasanya makin sulit untuk dibenarkan.
Di tengah rutinitas yang kian padat, minimnya aktivitas fisik, dan tingginya konsumsi makanan cepat saji, kini risiko penyakit kronis semakin mengancam kelompok usia produktif.
Jaminan kesehatan wajib dimiliki sebagai tameng perlindungan kesehatan sejak dini.
“Anak muda sering berpikir kalau kita punya fisik yang sehat jadi nggak butuh jaminan kesehatan. Tapi anak muda dengan pola makan tidak teratur dan pola hidup yang tidak sehat tentu ke depannya tetap punya risiko tinggi untuk sakit. Itu yang kadang suka disepelekan anak muda,” katanya.
Banyak di antara generasi muda yang merasa diri mereka sehat dan kuat, sehingga menganggap remeh untuk memiliki jaminan kesehatan yang berkualitas seperti Program JKN. Meskipun begitu, di balik fisik yang terlihat bugar, tersimpan potensi risiko kesehatan yang tinggi akibat gaya hidup modern.
“Masa depan nggak ada yang tahu. Misalnya saja saat membutuhkan pengobatan segera, dengan adanya Program JKN kita tetap bisa merasa aman karena ada yang menjamin biaya penanganannya,” ucapnya.
Selain sebagai tameng finansial terhadap risiko penyakit yang dipicu gaya hidup tidak sehat, Program JKN juga menjamin kepastian akses layanan kesehatan. Manfaat Program JKN berupa pelayanan kesehatan perseorangan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
“Menjaga status kepesertaan JKN untuk selalu aktif itu penting banget. Kalau saat kita mau berobat tapi status JKN nggak aktif pasti kita repot sendiri. Harusnya kita bisa fokus ke pengobatan tapi harus ngurus persoalan administrasi,” tuturnya.
Pergeseran arah pola penyakit kini tidak lagi didominasi oleh kelompok usia lanjut. Penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes melitus, ginjal kronis, jantung koroner, dan kolesterol tinggi kian mengancam kelompok usia produktif.
Selain menjaga pola hidup yang sehat, skrining riwayat kesehatan penting dilakukan untuk mengetahui risiko penyakit sejak dini.
“Skrining riwayat kesehatan merupakan upaya preventif dalam rangka mengetahui potensi risiko penyakit kronis. Skrining ini dilakukan satu kali dalam setahun secara gratis untuk Peserta JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama atau juga bisa melalui Aplikasi Mobile JKN,” terang Kepala BPJS Kesehatan Cabang Purwokerto Niken Sawitri.
Pengembangan Aplikasi Mobile JKN merupakan wujud nyata dari komitmen BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara Program JKN dalam memberikan kemudahan akses dan pelayanan yang optimal bagi peserta. Melalui aplikasi ini, peserta JKN dapat mengakses beragam fitur termasuk Skrining Riwayat Kesehatan secara mudah dan cepat.
“Dalam pelaksanaan skrining riwayat kesehatan kita diminta untuk menjawab jujur setiap pertanyaan sesuai dengan pola hidup kita. Kemudian akan dimintai juga konfirmasi terkait riwayat penyakit pribadi dan keluarga,” ucapnya.
Niken juga menekankan pentingnya skrining riwayat kesehatan untuk dilakukan oleh setiap peserta JKN. Ini untuk membantu mendeteksi risiko penyakit sedari dini sehingga bisa ditangani lebih cepat dan mencegah komplikasi penyakit yang lebih serius dikemudian hari.
“Peserta JKN wajib melakukan skrining riwayat kesehatan sebelum melakukan pelayanan di Klinik Pratama, Dokter Praktek Perorangan atau Dokter Gigi mulai 1 September 2025. Sementara untuk pelayanan di Puskesmas diwajibkan mulai 1 Oktober 2025,” katanya.