Semarang (ANTARA) - Fikri Syaryadi, pegiat dan investor berdampak, menjelaskan investasi berdampak menawarkan pendekatan unik yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial tetapi juga memberikan solusi konkret terhadap isu-isu kritis di sektor sosial dan lingkungan.
"Investasi ini mencakup sektor-sektor seperti energi terbarukan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan pengelolaan limbah. Tujuannya bukan hanya investment return, tetapi juga social dan environmental return yang terukur. Berbeda dari donasi, investasi berdampak tetap menggunakan prinsip pasar dan keuangan untuk menjaga keberlanjutan usaha,” kata Fikri.
"Praktik bisnis berkelanjutan memerlukan modal awal yang besar, namun investor tradisional seringkali fokus pada keuntungan jangka pendek, sementara imbal balik dari investasi berdampak umumnya akan terjadi jangka panjang. Hal ini menciptakan kendala keuangan yang menghambat pengembangan bisnis kecil di sektor sosial-lingkungan,” Fikri.
Ia juga menyoroti dampak lain dari kendala keuangan yang tidak hanya membuat bisnis sulit bertahan, tetapi juga berdampak pada kerusakan lingkungan yang lebih luas dan peningkatan emisi polutan. Sebuah studi menunjukkan keterbatasan pendanaan dapat memicu lonjakan emisi karbon hingga 3.340 persen di tingkat perusahaan.
Kendala keuangan berdampak signifikan terhadap kerusakan lingkungan karena perusahaan dengan keterbatasan pendanaan sering kali mengurangi pengeluaran untuk praktik berkelanjutan dan teknologi ramah lingkungan. Studi yang dirilis di International Review of Economics and Finance menunjukkan tanpa akses modal yang memadai, perusahaan cenderung mengabaikan investasi dalam infrastruktur rendah karbon atau pengelolaan limbah yang efisien. Hal inilah yang memicu peningkatan emisi karbon secara drastis.
"Investasi berdampak adalah jembatan yang menghubungkan solusi lokal dengan tantangan global. Kolaborasi lintas sektor dapat menciptakan masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan," katanya.
Gita Syahrani, Sustainability and Collective Impact Convener dari Ekonomi Membumi, menyebutkan investasi berdampak mampu memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sekaligus membantu menyelesaikan permasalahan lingkungan.
"Hingga saat ini, ekosistem investasi berdampak di Indonesia melibatkan 66 investor, baik yang aktif maupun potensial. Dengan dukungan investor, pelaku UMKM dapat mengakses sumber daya untuk berinovasi, sehingga mempercepat dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan,” kata Gita Syahrani.
Sumber pendanaan untuk UMKM yang memiliki visi berkelanjutan adalah tantangan terbesar, dan ketiadaannya menjadi penghambat utama pelaku bisnis ini. Enggannya para investor melirik ke investasi berdampak, karena kurang terdengar reputasi baiknya dalam hal memberikan keuntungan finansial.
Rizky Wisnoentoro, Ph.D., Kepala Program Sustainable Finance Universitas Islam Internasional Indonesia, membuat penekanan dalam pentingnya investasi berdampak untuk pelaku bisnis.
"Ketidakmampuan mengintegrasikan langkah-langkah keberlanjutan ini tidak hanya memperburuk masalah lingkungan, tetapi juga menghambat transisi menuju ekonomi hijau. Investasi berdampak, dengan fokus pada solusi yang terukur, menawarkan jalan keluar dari siklus ini melalui penyediaan modal yang mendorong adopsi praktik ramah lingkungan,” jelas Rizky Wisnoentoro.
Dalam hal kerangka pemikiran dan pengukuran hasil, prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dapat menjadi pondasi penting dalam investasi berdampak. ESG membantu memastikan keberlanjutan bisnis sekaligus menciptakan nilai tambah. Dengan menerapkan prinsip ESG, investor dapat mengintegrasikan analisis risiko jangka panjang dan protabilitas dalam setiap keputusan investasi, baik melalui saham, obligasi, reksa dana, maupun pinjaman mikro.
Rizky Wisnoentoro menekankan perlunya pengembangan kerangka evaluasi berbasis bukti untuk mengukur dampak jangka panjang.
“Indikator keberhasilan yang relevan, pengumpulan data longitudinal, serta studi kasus dapat membantu menciptakan model bisnis yang adaptif terhadap tantangan sosial-lingkungan,” jelasnya.
Eri Budiono seorang Sustainability Practitioner yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Bank Neo Commerce memaparkan lebih jauh mengenai ESG. Menurutnya penerapan prinsip ESG tidak hanya memandu keputusan investasi yang berkelanjutan, tetapi juga membutuhkan kerangka evaluasi yang mampu mengukur dampaknya secara konkret.
"Dengan pendekatan berbasis bukti, investor dapat memastikan upaya mereka menghasilkan dampak jangka panjang yang terukur dan relevan, sekaligus memperkuat transparansi dalam pengelolaan investasi,” kata Eri.
Eri Budiono kemudian menjelaskan kolaborasi dengan sektor swasta menjadi pondasi penting dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan.
“Dengan kerangka pengukuran yang terstandarisasi, investor akan lebih percaya diri menyalurkan dana ke proyek sosial-lingkungan. Ekosistem yang mendukung akan mempermudah perkembangan sektor ini,” katanya.
Diperkirakan dibutuhkan $2,5 triliun investasi per tahun untuk mencapai TPB secara global. Mengetahui peluang investasi berdampak yang terus berkembang, Indonesia menjadi pemain penting dalam memobilisasi modal untuk hasil yang berdampak bagi masa depan yang lebih baik.