Metode Tulis Baca-Baca Tulis tingkatkan literasi siswa
Semarang (ANTARA) - Yanti Sopiyati, guru SD Negeri Rancabentang 3 Cimahi, sukses menerapkan metode Tulis Baca-Baca Tulis (TBBT) sebagai strategi meningkatkan minat dan keterampilan literasi siswa.
Metode itu sebagai solusi untuk atasi masih adanya siswa yang mengalami keterlambatan dan meningkatkan minat baca terutama pada buku cerita di perpustakaan sekolah.
"TBBT yaitu menulis yang dibaca dan membaca yang ditulis. Siswa menulis informasi dari buku yang dibaca ke dalam jurnal membaca. Jurnal ini berupa potongan kertas yang dirancang sederhana, dengan beberapa pertanyaan untuk memandu siswa memahami isi bacaan. Setelah menulis, siswa membaca kembali jurnal yang mereka buat," kata Yanti.
Kegiatan TBBT, kata Yanti, dapat dilakukan di kelas, luar kelas, atau di rumah bagi siswa dengan minat baca yang tinggi atau sesuai kemampuan siswa. Jurnal yang sudah selesai ditempel, baik berdasarkan abjad judul buku untuk siswa yang masih dibimbing, maupun berdasarkan tema untuk siswa yang sudah mandiri.
"Siswa menulis informasi yang didapatkan setelah buku bacaannya dibaca, kemudian siswa membaca jurnal yang telah ditulis. Jurnal membaca tersebut ditempel secara terpisah. Siswa yang masih dibimbing membaca, menempel sesuai dengan abjad dari judul bukunya, sedangkan siswa yang sudah mandiri dapat menempel berdasarkan tema, misalnya tentang hewan atau pengalaman," katanya.
Yanti menjelaskan kegiatan dimulai dengan asesmen awal untuk memetakan kemampuan membaca siswa. Guru memberikan bahan bacaan yang sesuai tingkat kemampuan masing-masing, sehingga pembelajaran lebih efektif.
Selain itu, jurnal membaca tidak hanya membantu siswa memahami teks secara literal tetapi juga melatih mereka menyampaikan pendapat mengenai buku yang dibaca. Melalui jurnal tersebut siswa bisa saling berbagi informasi tentang buku yang menarik.
"Adanya jurnal membaca tersebut, siswa dapat belajar membaca teliti dan menemukan informasi secara tertulis. Siswa dapat menyampaikan pendapat, buku yang dibaca menarik atau kurang menarik. Jurnal membaca dapat menambah pengetahuan teman lain tentang buku yang belum dibaca," katanya.
Vidya, siswa kelas II, mengaku senang membuat jurnal membaca karena dapat mengingat buku-buku yang sudah saya baca. Ia mengaku lebih termotivasi untuk membaca dan menulis serta mampu meningkatkan pemahaman literasi secara bertahap.
Pendekatan tersebut mendukung pembelajaran berdiferensiasi, di mana guru dapat memberikan perhatian lebih kepada siswa sesuai kemampuan mereka. Proses bimbingan menjadi lebih efektif, dan siswa yang lebih maju dapat membantu teman-temannya. Melalui strategi tersebut guru berharap dapat menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan, meningkatkan kepercayaan diri siswa, dan mendorong literasi yang lebih kuat di masa depan.
*Progran ini merupakan peningkatan Kualitas Pendidikan Kerja Sama Dinas Pendidikan Kota Cimahi dengan Tanoto Foundation
Metode itu sebagai solusi untuk atasi masih adanya siswa yang mengalami keterlambatan dan meningkatkan minat baca terutama pada buku cerita di perpustakaan sekolah.
"TBBT yaitu menulis yang dibaca dan membaca yang ditulis. Siswa menulis informasi dari buku yang dibaca ke dalam jurnal membaca. Jurnal ini berupa potongan kertas yang dirancang sederhana, dengan beberapa pertanyaan untuk memandu siswa memahami isi bacaan. Setelah menulis, siswa membaca kembali jurnal yang mereka buat," kata Yanti.
Kegiatan TBBT, kata Yanti, dapat dilakukan di kelas, luar kelas, atau di rumah bagi siswa dengan minat baca yang tinggi atau sesuai kemampuan siswa. Jurnal yang sudah selesai ditempel, baik berdasarkan abjad judul buku untuk siswa yang masih dibimbing, maupun berdasarkan tema untuk siswa yang sudah mandiri.
"Siswa menulis informasi yang didapatkan setelah buku bacaannya dibaca, kemudian siswa membaca jurnal yang telah ditulis. Jurnal membaca tersebut ditempel secara terpisah. Siswa yang masih dibimbing membaca, menempel sesuai dengan abjad dari judul bukunya, sedangkan siswa yang sudah mandiri dapat menempel berdasarkan tema, misalnya tentang hewan atau pengalaman," katanya.
Yanti menjelaskan kegiatan dimulai dengan asesmen awal untuk memetakan kemampuan membaca siswa. Guru memberikan bahan bacaan yang sesuai tingkat kemampuan masing-masing, sehingga pembelajaran lebih efektif.
Selain itu, jurnal membaca tidak hanya membantu siswa memahami teks secara literal tetapi juga melatih mereka menyampaikan pendapat mengenai buku yang dibaca. Melalui jurnal tersebut siswa bisa saling berbagi informasi tentang buku yang menarik.
"Adanya jurnal membaca tersebut, siswa dapat belajar membaca teliti dan menemukan informasi secara tertulis. Siswa dapat menyampaikan pendapat, buku yang dibaca menarik atau kurang menarik. Jurnal membaca dapat menambah pengetahuan teman lain tentang buku yang belum dibaca," katanya.
Vidya, siswa kelas II, mengaku senang membuat jurnal membaca karena dapat mengingat buku-buku yang sudah saya baca. Ia mengaku lebih termotivasi untuk membaca dan menulis serta mampu meningkatkan pemahaman literasi secara bertahap.
Pendekatan tersebut mendukung pembelajaran berdiferensiasi, di mana guru dapat memberikan perhatian lebih kepada siswa sesuai kemampuan mereka. Proses bimbingan menjadi lebih efektif, dan siswa yang lebih maju dapat membantu teman-temannya. Melalui strategi tersebut guru berharap dapat menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan, meningkatkan kepercayaan diri siswa, dan mendorong literasi yang lebih kuat di masa depan.
*Progran ini merupakan peningkatan Kualitas Pendidikan Kerja Sama Dinas Pendidikan Kota Cimahi dengan Tanoto Foundation