Hasil kerja kerasnya mengetuk kesadaran ibu-ibu RW 3, kelompok itu bisa mengurangi timbulan sampah hingga puluhan persen.
Masing-masing keluarga rata-rata membuang sampah hingga 3,5 kilogram per hari. Namun, berkat kepedulian warga memilah sampah, akhirnya yang dibuang saat ini hanya sampah organik sisa memasak.
Ihwal sampah organik yang juga memiliki nilai ekonomi, saat ini juga tengah dipikirkan cara pengelolaannya. Bila berhasil, warga bisa mengurangi timbulan sampah hingga nol sampah. Jadi, tak ada lagi limbah yang terbuang ke TPA Tanjungrejo seluas 5,25 hektare dan sejak tahun 1983 hingga sekarang belum pernah ada perluasan.
Ia mengakui warganya yang memiliki usaha jasa katering memang ada yang diajak kerja sama dengan Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) dengan menyetorkan sampah organik untuk diolah menjadi pupuk.
Bank Sampah di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kudus, diakuinya juga mendapatkan dukungan yayasan itu sehingga tidak hanya mengolah sampah plastik menjadi aneka kerajinan bernilai jual, tetapi mereka juga bisa mengolah sampah organik menjadi pupuk.
"Cita-cita kami ke depan juga sama, bisa mengikuti jejaknya Bank Sampah Desa Gondangmanis memiliki sarana dan prasarana pendukung sehingga sampah yang terbuang ke TPA benar-benar sampah yang tidak bisa dimanfaatkan sama sekali," ungkap Chamdawati.
Tidak hanya berjuang di lingkungan keluarga, ia juga mulai menawarkan pelatihan membuat aneka kerajinan dari bahan sampah plastik secara gratis kepada generasi muda, termasuk memberikan edukasi kepada siswa sekolah dasar (SD).
Chmadawati terlihat tidak kenal lelah mempersiapkan sampah yang sudah dicuci dan terpotong rapi dan dikelompokkan sesuai jenis dan motif bungkusnya sebagai bahan edukasi kepada siswa cara membuat aneka kerajinan.
Kabupaten Kudus tentu membutuhkan lebih banyak lagi pejuang sampah seperti Chamdawati, agar tumpukan sampah di TPA Tanjungrejo bisa dikurangi secara drastis.
Editor: Achmad Zaenal M