Warga mitigasi ketersediaan air saat kemarau lewat Hari Peradaban Desa
Magelang (ANTARA) - Peringatan Hari Peradaban Desa dirintis Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dijadikan seniman petani salah dusun basis komunitas itu, Selasa, untuk performa seni dengan pesan tentang mitigasi ketersediaan air untuk kebutuhan sehari-hari saat kemarau.
Sekelompok warga yang juga seniman petani Padepokan Andong Jinawi Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang melakukan prosesi seni "Saji Sendang, Sumur Songo" di areal pertanian hortikultura di dusun kawasan Gunung Andong dipimpin ketua mereka, Supadi Haryanto.
Mereka dengan mengenakan pakaian adat Jawa berjalan dari rumah Ustadz Ihsanudin di perkampungan dusun itu, menuju mata air Curah Kali Pendek dengan iringan tabuhan bende dan bekal prosesi berupa 11 sesaji di atas ancak dan menandu nasi tumpeng dengan berbagai kelengkapannya.
Supadi memimpin prosesi dengan lantunan sejumlah tembang Jawa, sedangkan Ustadz Ihsanudin memimpin doa-doa secara islami. Mereka kemudian meletakkan ancak berisi sesaji di sembilan "sumur gali" di areal tanaman hortikultura kawasan itu, untuk kemudian menyantap tumpeng bersama-sama di tempat tersebut.
"Secara simbolis prosesi ini mengingatkan kita semua akan pentingnya air. Kalau musim hujan, untuk pertanian dan rumah tangga kami cukup air, tetapi saat kemarau sumur-sumur yang kamu gali ini menjadi andalan, airnya cukup untuk tiga atau empat bulan saat kemarau," ujar Supadi yang juga tokoh warga setempat.
Oleh karena itu, katanya, menjaga sumur-sumur tersebut menjadi kebutuhan penting untuk warga menghadapi musim kemarau, seperti saat ini. Upaya tersebut, antara lain dengan membersihkan lingkungan mata air dan sumur-sumur sedalam 4-5 meter, serta memelihara pepohonan tetap tumbuh di kawasan setempat.
Melalui kegiatan peringatan Hari Peradaban Desa yang dirintis Komunitas Lima Gunung (Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, Menoreh) yang jatuh setiap 21 Mei itu, warga pedepokan melakukan prosesi ritual budaya tersebut, selama pukul 10:00-11:30 WIB.
Komunitas yang dibangun budayawan Magelang Sutanto Mendut lebih sejak lebih dari 20 tahun lalu itu, sejak empat tahun terakhir menggelar peringatan Hari Peradaban Desa. Tahun ini, peringatan tersebut dengan tema "Indonesia Bagian dari Desaku" berlangsung di dusun-dusun basis komunitas dan jejaringnya di beberapa kota dan luar negeri.
Bentuk kegiatan, antara lain pentas kesenian, prosesi ritual, kenduri, performa seni, sarasehan, pidato kebudayaan, dan pembacaan puisi.
Sejumlah warga Desa Bandongan, Kabupaten Magelang dipimpin Kades Sujono melakukan performa ritual "Puspa Tajem" di Kali Lembah Semawang pada pukul 05:00-06:00 WIB dengan meletakkan sejumlah lilin dan menaburkan bunga, dan sajian tembang Jawa oleh dalang Sus Anggoro.
Sejumlah seniman melakukan performa seni di air sungai dengan bebatuan besar saat Matahari terbit itu dengan berbagai suara kicauan burung.
"Aliran air sungai menjadi simbol untuk warga selalu bersemangat menjaga nilai-nilai budaya desa," kata Khoirul Mutaqin, salah satu seniman dalam performa itu.
Kades Sujono mengatakan tentang pentingnya nilai-nilai budaya desa yang harus terus dipupuk karena manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat, seperti kebersamaan, gotong royong, dan jiwa kebudayaan bangsa.
Sejumlah tempat yang menjadi bagian jejaring Komunitas Lima Gunung, menggelar rangkaian peringatan Hari Peradaban Desa selama 18-21 Mei 2024, antara lain beberapa dusun di kawasan lima gunung Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Boyolali, Klaten, ISI Yogyakarta, Bali, Amsterdam (Belanda), Pretoria (Afrika Selatan). Tercatat sedikitnya 12 acara di sejumlah tempat itu.
Sineas Garin Nugroho menghadiri acara Hari Peradaban Desa dengan judul "Ritual Alam" di Studio Mendut Kabupaten Magelang, Selasa sore.
Ia mengemukakan peradaban desa memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat karena terkait dengan urusan norma dalam relasi antarindividu individu dengan masyarakat.
"Peradaban desa modal sosial yang sering disepelekan. Perayaan Hari Peradaban Desa penting karena adab memberi semangat di tengah masyarakat.
Ini modal sosial yang harus disadari pemerintah untuk dijaga dan ditumbuhkan. Ketika krisis, maka modal adab menyelamatkan Indonesia," katanya.
Baca juga: Akademisi: WWF 2024 penting untuk jaga keberlangsungan sumber daya air
Baca juga: BPBD Cilacap mulai salurkan bantuan air bersih untuk masyarakat
Sekelompok warga yang juga seniman petani Padepokan Andong Jinawi Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang melakukan prosesi seni "Saji Sendang, Sumur Songo" di areal pertanian hortikultura di dusun kawasan Gunung Andong dipimpin ketua mereka, Supadi Haryanto.
Mereka dengan mengenakan pakaian adat Jawa berjalan dari rumah Ustadz Ihsanudin di perkampungan dusun itu, menuju mata air Curah Kali Pendek dengan iringan tabuhan bende dan bekal prosesi berupa 11 sesaji di atas ancak dan menandu nasi tumpeng dengan berbagai kelengkapannya.
Supadi memimpin prosesi dengan lantunan sejumlah tembang Jawa, sedangkan Ustadz Ihsanudin memimpin doa-doa secara islami. Mereka kemudian meletakkan ancak berisi sesaji di sembilan "sumur gali" di areal tanaman hortikultura kawasan itu, untuk kemudian menyantap tumpeng bersama-sama di tempat tersebut.
"Secara simbolis prosesi ini mengingatkan kita semua akan pentingnya air. Kalau musim hujan, untuk pertanian dan rumah tangga kami cukup air, tetapi saat kemarau sumur-sumur yang kamu gali ini menjadi andalan, airnya cukup untuk tiga atau empat bulan saat kemarau," ujar Supadi yang juga tokoh warga setempat.
Oleh karena itu, katanya, menjaga sumur-sumur tersebut menjadi kebutuhan penting untuk warga menghadapi musim kemarau, seperti saat ini. Upaya tersebut, antara lain dengan membersihkan lingkungan mata air dan sumur-sumur sedalam 4-5 meter, serta memelihara pepohonan tetap tumbuh di kawasan setempat.
Melalui kegiatan peringatan Hari Peradaban Desa yang dirintis Komunitas Lima Gunung (Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, Menoreh) yang jatuh setiap 21 Mei itu, warga pedepokan melakukan prosesi ritual budaya tersebut, selama pukul 10:00-11:30 WIB.
Komunitas yang dibangun budayawan Magelang Sutanto Mendut lebih sejak lebih dari 20 tahun lalu itu, sejak empat tahun terakhir menggelar peringatan Hari Peradaban Desa. Tahun ini, peringatan tersebut dengan tema "Indonesia Bagian dari Desaku" berlangsung di dusun-dusun basis komunitas dan jejaringnya di beberapa kota dan luar negeri.
Bentuk kegiatan, antara lain pentas kesenian, prosesi ritual, kenduri, performa seni, sarasehan, pidato kebudayaan, dan pembacaan puisi.
Sejumlah warga Desa Bandongan, Kabupaten Magelang dipimpin Kades Sujono melakukan performa ritual "Puspa Tajem" di Kali Lembah Semawang pada pukul 05:00-06:00 WIB dengan meletakkan sejumlah lilin dan menaburkan bunga, dan sajian tembang Jawa oleh dalang Sus Anggoro.
Sejumlah seniman melakukan performa seni di air sungai dengan bebatuan besar saat Matahari terbit itu dengan berbagai suara kicauan burung.
"Aliran air sungai menjadi simbol untuk warga selalu bersemangat menjaga nilai-nilai budaya desa," kata Khoirul Mutaqin, salah satu seniman dalam performa itu.
Kades Sujono mengatakan tentang pentingnya nilai-nilai budaya desa yang harus terus dipupuk karena manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat, seperti kebersamaan, gotong royong, dan jiwa kebudayaan bangsa.
Sejumlah tempat yang menjadi bagian jejaring Komunitas Lima Gunung, menggelar rangkaian peringatan Hari Peradaban Desa selama 18-21 Mei 2024, antara lain beberapa dusun di kawasan lima gunung Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Boyolali, Klaten, ISI Yogyakarta, Bali, Amsterdam (Belanda), Pretoria (Afrika Selatan). Tercatat sedikitnya 12 acara di sejumlah tempat itu.
Sineas Garin Nugroho menghadiri acara Hari Peradaban Desa dengan judul "Ritual Alam" di Studio Mendut Kabupaten Magelang, Selasa sore.
Ia mengemukakan peradaban desa memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat karena terkait dengan urusan norma dalam relasi antarindividu individu dengan masyarakat.
"Peradaban desa modal sosial yang sering disepelekan. Perayaan Hari Peradaban Desa penting karena adab memberi semangat di tengah masyarakat.
Ini modal sosial yang harus disadari pemerintah untuk dijaga dan ditumbuhkan. Ketika krisis, maka modal adab menyelamatkan Indonesia," katanya.
Baca juga: Akademisi: WWF 2024 penting untuk jaga keberlangsungan sumber daya air
Baca juga: BPBD Cilacap mulai salurkan bantuan air bersih untuk masyarakat