Wali Kota Semarang minta destinasi wisata Kampung Pelangi dibenahi
Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu meminta destinasi wisata Kampung Pelangi yang pernah viral dibenahi karena potensi wisatanya masih cukup tinggi.
"Potensi wisata Kampung Pelangi sangatlah tinggi," kata Ita, sapaan akrabnya saat bersepeda berkeliling menyusuri kawasan Kampung Pelangi, Semarang, Jumat.
Bersama jajaran pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, ia berkeliling kawasan destinasi yang dikenal karena warna-warni rumah dengan kontur perbukitan itu.
Namun, diakuinya, masih ditemukan tumpukan sampah yang kurang dipedulikan dan trotoar banyak yang kotor hingga retak atau rusak.
Bahkan, kata dia, Taman Kasmaran yang seharusnya diperuntukan untuk kegiatan-kegiatan sosial, bermain, dan "refreshing" bagi warga malah menjadi tempat penjemputan penumpang dari agen travel.
Menurut dia, seharusnya kios-kios di Taman Kasmaran yang ada di kawasan Kampung Pelangi untuk pedagang kuliner ataupun aksesori hasil UMKM khas Semarang untuk dijual ke wisatawan.
Karena itu, orang nomor satu di Kota Semarang tersebut meminta ke warga dan OPD terkait untuk peka terkait kebersihan dan penaatan lingkungan.
Di samping petugas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) maupun Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) yang rutin melakukan pembersihan, ia berharap warga juga bisa menjaga agar lingkungan tidak kotor.
“Ada beberapa temuan. Pertama, Kampung Pelangi kini sudah tidak pelangi dalam arti warna cat sudah buram kusam, kemudian euforia masyarakat (untuk menjadikannya sebagai destinasi wisata, red.) sudah tidak seheboh dulu," katanya.
Kemudian, perawatan dan pemeliharaan kebersihan di wilayah itu sudah kurang.
"Nanti kami akan melakukan dengan cara menggandeng CSR untuk ngecat dan bantuan tenaga, selain keterlibatan dari masyarakat. Untuk tekniknya akan dibantu Pemkot Semarang," katanya.
Temuan kedua, kata dia, masalah pemanfaatan dan optimalisasi Taman Kasmaran yang ternyata dipakai untuk usaha yang tidak mendukung peruntukan taman tersebut.
"Karena tadi ternyata saya lihat, ada orang jualan tapi jualannya itu tidak mendukung. Malah ada agen travel dan sebagainya," katanya.
"Sebenarnya memang harus ada ketentuan, karena kalau travel atau agen di situ bayar retribusi parkir gimana. Sehingga ini sudah menyimpang, juga terkait pemanfaatan Taman Kasmaran," lanjutnya.
Berdasarkan temuan itu, Ita meminta segera dilakukan penelusuran dan identifikasi terhadap persoalan yang lebih mendalam, termasuk tak ingin aset-aset Pemkot Semarang digunakan tidak sesuai peruntukan pembangunannya.
"Iya ditelusuri, saya minta harus jelas. Harus diputihkan, pemanfaatan harus dikembalikan seperti tujuan semula membangun Taman Kasmaran," pungkasnya.
Baca juga: Para ibu membangun "Kampung Pelangi" saat Hari Kartini
"Potensi wisata Kampung Pelangi sangatlah tinggi," kata Ita, sapaan akrabnya saat bersepeda berkeliling menyusuri kawasan Kampung Pelangi, Semarang, Jumat.
Bersama jajaran pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, ia berkeliling kawasan destinasi yang dikenal karena warna-warni rumah dengan kontur perbukitan itu.
Namun, diakuinya, masih ditemukan tumpukan sampah yang kurang dipedulikan dan trotoar banyak yang kotor hingga retak atau rusak.
Bahkan, kata dia, Taman Kasmaran yang seharusnya diperuntukan untuk kegiatan-kegiatan sosial, bermain, dan "refreshing" bagi warga malah menjadi tempat penjemputan penumpang dari agen travel.
Menurut dia, seharusnya kios-kios di Taman Kasmaran yang ada di kawasan Kampung Pelangi untuk pedagang kuliner ataupun aksesori hasil UMKM khas Semarang untuk dijual ke wisatawan.
Karena itu, orang nomor satu di Kota Semarang tersebut meminta ke warga dan OPD terkait untuk peka terkait kebersihan dan penaatan lingkungan.
Di samping petugas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) maupun Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) yang rutin melakukan pembersihan, ia berharap warga juga bisa menjaga agar lingkungan tidak kotor.
“Ada beberapa temuan. Pertama, Kampung Pelangi kini sudah tidak pelangi dalam arti warna cat sudah buram kusam, kemudian euforia masyarakat (untuk menjadikannya sebagai destinasi wisata, red.) sudah tidak seheboh dulu," katanya.
Kemudian, perawatan dan pemeliharaan kebersihan di wilayah itu sudah kurang.
"Nanti kami akan melakukan dengan cara menggandeng CSR untuk ngecat dan bantuan tenaga, selain keterlibatan dari masyarakat. Untuk tekniknya akan dibantu Pemkot Semarang," katanya.
Temuan kedua, kata dia, masalah pemanfaatan dan optimalisasi Taman Kasmaran yang ternyata dipakai untuk usaha yang tidak mendukung peruntukan taman tersebut.
"Karena tadi ternyata saya lihat, ada orang jualan tapi jualannya itu tidak mendukung. Malah ada agen travel dan sebagainya," katanya.
"Sebenarnya memang harus ada ketentuan, karena kalau travel atau agen di situ bayar retribusi parkir gimana. Sehingga ini sudah menyimpang, juga terkait pemanfaatan Taman Kasmaran," lanjutnya.
Berdasarkan temuan itu, Ita meminta segera dilakukan penelusuran dan identifikasi terhadap persoalan yang lebih mendalam, termasuk tak ingin aset-aset Pemkot Semarang digunakan tidak sesuai peruntukan pembangunannya.
"Iya ditelusuri, saya minta harus jelas. Harus diputihkan, pemanfaatan harus dikembalikan seperti tujuan semula membangun Taman Kasmaran," pungkasnya.
Baca juga: Para ibu membangun "Kampung Pelangi" saat Hari Kartini