Semarang (ANTARA) - Kementerian Agama berkolaborasi dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan kembali memberangkatkan penerima beasiswa non-degree pelatihan pengembangan wawasan internasional moderasi beragama ke Jerman. Sebanyak tujuh peserta yang terdiri dari kiai dan nyai dari berbagai pesantren akan mengikuti program ini dari 28 Februari sampai 9 Maret 2024.
Di Jerman, para peserta program akan mengunjungi beberapa perguruan tinggi di antaranya, Goethe Universitat Frankfurt dan Philipps Universitat Marburg, Jerman. Peserta juga akan mengunjungi komunitas pemuka agama di sana dan berdialog dengan mereka.
Plt Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono saat memberikan sambutan pada kegiatan Pra-Departure di Jakarta, Rabu (28/2/2024) berharap dari kegiatan ini terjadi pertukaran ide antara peserta dengan tokoh-tokoh mitra dari Jerman.
“Para peserta yang akan berangkat ke Jerman ini adalah para kiai yang mempunyai pemahaman sangat baik mengenai Islam Indonesia dan berpengalaman selama puluhan tahun berdakwah,” kata Waryono.
Waryono optimistis para peserta dapat mengartikulasikan khazanah keislaman Indonesia kepada mitra di Jerman dengan baik, dalam konteks demikian program ini bertujuan untuk mengenalkan wajah Islam Nusantara yang ramah, lembut, dan moderat,
Visi ini bagi Waryono sangat penting, karena di negara-negara Barat, image Islam buruk, terutama pascaperistiwa 11 September 2001. “Setelah peristiwa pemboman itu, banyak orang Barat menilai Islam sebagai agama teroris. Mereka bercermin pada pertikaian-pertikaian di Timur Tengah yang tidak kunjung selesai,” katanya.
Padahal, imbuhnya, di belahan dunia yang bernama Indonesia, Islam menampakkan wajahnya dengan sangat ramah, umat Islam sebagai penduduk mayoritas dapat hidup berdampingan dengan penganut agama lain dengan harmonis.
Waryono juga berharap peserta dapat menyerap pengalaman tokoh mitra di Jerman dalam mengelola keragaman di sana. Pasalnya, Jerman merupakan salah satu negara di Eropa yang dinilai cukup baik di dalam mengelola keragaman penduduknya.
“Jerman mempunyai banyak universitas yang menawarkan Religious Studies, di mana relasi antarumat beragama yang harmonis sangat ditekankan,” ujarnya.
Pengalaman mereka dalam mengelola keragaman, kata Waryono, juga menjadi poin penting yang menambah wawasan moderasi beragama para peserta.
“Saya sangat yakin setelah mengikuti program ini wawasan moderasi beragama para peserta akan makin bertambah,” tutup dia