Solo (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Agus Riwanto menyatakan ajang debat bermanfaat untuk mengasah kemampuan mengartikulasikan ide dan gagasan calon pemimpin sehingga perlu dilakukan.
"Kita harus memahami bahwa debat itu kan ilmu yang spesifik. Dalam pandangan saya harus ada dua hal yang disiapkan, yang pertama endapan ilmu pengetahuan jadi orang harus banyak pengetahuan, direfleksikan, yang kedua punya endapan pengalaman yang banyak," katanya di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Ia mengatakan makin banyak pengalaman yang selanjutnya diendapkan dan direfleksikan maka bisa menjadi alat debat.
"Dua itu alat paling sederhana untuk menjadi seorang yang pandai berdebat atau dia mampu berdebat atau dia punya kapasitas untuk debat. Namun kalau dua itu nggak punya ya orang tidak bisa berdebat karena debat itu kan ilmu yang tidak semua orang bisa," katanya.
Menanggapi anggapan sejumlah pihak yang menuding Gibran belum memiliki keberanian untuk melakukan debat cawapres jelang Pemilihan Presiden 2024, ia menilai bisa saja pengetahuan maupun pengalaman Gibran memang kurang luas.
"Mungkin kalau dia debat itu merasa canggung dan tidak berkecukupan, baik secara ilmu pengetahuan maupun pengalaman. Apa yang mau didebatkan jika pengetahuan nggak punya pengalaman nggak punya," katanya.
Terkait hal itu, menurut dia sebaiknya Gibran tidak ragu untuk mendatangi acara debat karena itu bagian dari pembelajarannya sebagai calon pemimpin negara.
"Makin sering dia datang maka secara otomatis akan menambah pengalamannya sendiri. Kalau dihindari justru dia tidak punya pengalaman empirik untuk berlatih," katanya.
Bahkan, ia mengatakan debat merupakan momentum penting yang harus diambil untuk merepresentasikan ide dan gagasan.
"Ini momentum emas yang harus diambil, ketika ada calon wakil presiden anak muda kemudian mungkin dianggap representasi ide dan gagasan baru jadi harusnya dia hadir di semua debat, karena akan mengasah dia pelan tapi pasti," katanya.
Meski ternyata dia ingin lebih berkonsentrasi ke pemilih kalangan menengah ke bawah, sebagai seorang calon wakil presiden ia diminta oleh publik untuk memiliki kemampuan mengartikulasikan ide dan gagasannya.
"Karena nggak bisa presiden kerja hanya berdasarkan populisme, tapi berdasarkan konsep dan ide. Ini bisa diterjemahkan melalui penyampaian gagasan dalam bentuk debat atau penyampaian dialog pada publik," katanya.
Berita Terkait
Rekrutmen terbuka PDIP pada Pilkada Surakarta uji kualitas kader
Rabu, 17 April 2024 22:51 Wib
Pengamat ISI: musik etnik alami perkembangan luar biasa
Minggu, 10 Maret 2024 6:16 Wib
Tokoh muda ramaikan bursa Pilkada Jateng, Sudaryono berpeluang
Rabu, 6 Maret 2024 14:58 Wib
Pengamat : Keputusan Pertamina pertahankan harga BBM dinilai tepat
Minggu, 4 Februari 2024 17:48 Wib
Inflasi hijau ini tanggapan ekonom UNS
Senin, 22 Januari 2024 19:00 Wib
Pengamat: Dana desa juga perlu dialokasikan untuk pembangunan SDM
Senin, 22 Januari 2024 8:30 Wib
Pengamat : Spanduk "Solo Bukan Gibran" bentuk kekhawatiran lawan
Jumat, 29 Desember 2023 0:17 Wib
Debat capres perlu tapi tidak signifikan ubah elektabilitas
Selasa, 12 Desember 2023 20:43 Wib