Wali Kota Semarang ungkap penyebab banjir Semarang
Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan bahwa banjir di sejumlah wilayah, Selasa, akibat tidak optimalnya Rumah Pompa di Sungai Tenggang dan Sringin.
"Jadi, wilayah ini adalah daerah banjir yang memang sudah berkali-kali dirapatkan dengan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Selasa.
Hal tersebut disampaikan Ita saat meninjau dampak banjir di kawasan Muktiharjo Lor Semarang dan sejumlah titik lainnya di Kota Atlas.
Menurut dia, wilayah yang terdampak banjir kali ini adalah yang memiliki saluran bermuara ke Sungai Tenggang dan Sringin, sedangkan wilayah lainnya sampai saat ini aman.
"Banjir ini kaitannya dengan muara Sungai Tenggang dan Sringin. Tadi malam, kami pantau di Sungai Tenggang hanya tiga pompa yang berjalan, yang lainnya rusak," katanya.
Bahkan, kata dia, di Rumah Pompa Sringin lebih parah karena yang menyala awalnya hanya dua pompa, kemudian menjadi empat pompa, dan menjadi tiga pompa karena satu pompa rusak.
Ia mengatakan sebenarnya banjir bisa langsung teratasi jika seluruh pompa yang ada di dua rumah pompa, yakni di Sungai Tenggang dan Sringin berfungsi sebagaimana mestinya.
"Saya sudah berkali-kali bicara dengan BBWS. Tadi malam sampai melapor ke sekjen dan direktur di Kementerian PUPR. Akhirnya, dibantu dengan pompa mobile dari BBWS, ada dua pompa," katanya.
Kemudian, ditambah satu pompa mobile lagi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang untuk segera mengatasi banjir.
"Kalau pompanya on semua lebih cepat surut, apalagi sudah ditambah pompa mobile dari Dinas Pekerjaan Umum ada dua unit di belakang RS Islam Sultan Agung," katanya.
Selain itu, Ita melihat ada beberapa hambatan aliran air yang disebabkan rendahnya jembatan, seperti Jembatan Nogososro di Perumahan Tlogosari, dan banyaknya eceng gondok dan sampah.
"Saya minta dibongkar jembatan ini yang menjadi bottle neck di Jalan Nogososro. Prioritas yang jembatan di sini. Pakai anggaran Belanja Tidak Terduga," katanya.
Untuk eceng gondok, Ita menemukan banyak terdapat di saluran air di kawasan Muktiharjo Lor yang menjadi anak Sungai Tenggang sehingga membuat banjir cukup parah di wilayah tersebut.
Pembersihan eceng gondok itu sudah direncanakan, kata dia, tetapi terkendala karena pembersihan di anak Sungai Tenggang itu tidak bisa dilakukan menggunakan alat berat.
"Anak Sungai Tenggang ini agak riskan, karena berdekatan dengan rel kereta api yang banyak sinyal dan listrik sehingga penanganannya harus pakai manual," katanya.
"Jadi, wilayah ini adalah daerah banjir yang memang sudah berkali-kali dirapatkan dengan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Selasa.
Hal tersebut disampaikan Ita saat meninjau dampak banjir di kawasan Muktiharjo Lor Semarang dan sejumlah titik lainnya di Kota Atlas.
Menurut dia, wilayah yang terdampak banjir kali ini adalah yang memiliki saluran bermuara ke Sungai Tenggang dan Sringin, sedangkan wilayah lainnya sampai saat ini aman.
"Banjir ini kaitannya dengan muara Sungai Tenggang dan Sringin. Tadi malam, kami pantau di Sungai Tenggang hanya tiga pompa yang berjalan, yang lainnya rusak," katanya.
Bahkan, kata dia, di Rumah Pompa Sringin lebih parah karena yang menyala awalnya hanya dua pompa, kemudian menjadi empat pompa, dan menjadi tiga pompa karena satu pompa rusak.
Ia mengatakan sebenarnya banjir bisa langsung teratasi jika seluruh pompa yang ada di dua rumah pompa, yakni di Sungai Tenggang dan Sringin berfungsi sebagaimana mestinya.
"Saya sudah berkali-kali bicara dengan BBWS. Tadi malam sampai melapor ke sekjen dan direktur di Kementerian PUPR. Akhirnya, dibantu dengan pompa mobile dari BBWS, ada dua pompa," katanya.
Kemudian, ditambah satu pompa mobile lagi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang untuk segera mengatasi banjir.
"Kalau pompanya on semua lebih cepat surut, apalagi sudah ditambah pompa mobile dari Dinas Pekerjaan Umum ada dua unit di belakang RS Islam Sultan Agung," katanya.
Selain itu, Ita melihat ada beberapa hambatan aliran air yang disebabkan rendahnya jembatan, seperti Jembatan Nogososro di Perumahan Tlogosari, dan banyaknya eceng gondok dan sampah.
"Saya minta dibongkar jembatan ini yang menjadi bottle neck di Jalan Nogososro. Prioritas yang jembatan di sini. Pakai anggaran Belanja Tidak Terduga," katanya.
Untuk eceng gondok, Ita menemukan banyak terdapat di saluran air di kawasan Muktiharjo Lor yang menjadi anak Sungai Tenggang sehingga membuat banjir cukup parah di wilayah tersebut.
Pembersihan eceng gondok itu sudah direncanakan, kata dia, tetapi terkendala karena pembersihan di anak Sungai Tenggang itu tidak bisa dilakukan menggunakan alat berat.
"Anak Sungai Tenggang ini agak riskan, karena berdekatan dengan rel kereta api yang banyak sinyal dan listrik sehingga penanganannya harus pakai manual," katanya.