Klaten (ANTARA) -
Para petani di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah berupaya mengendalikan hama tikus di areal persawahan menyusul merebaknya hewan tersebut pada musim kemarau.
"Antisipasi tikus ada gropyokan, pengumpanan, pengasapan dengan belerang. Itu sudah dilakukan," kata Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Juwiring Dwiyanto di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis.
Selain itu, dikatakannya, dilakukan pula pengusiran tikus melalui burung hantu. Ia mengatakan di areal persawahan sengaja didirikan rumah burung hantu untuk mengusir tikus.
"Tapi kendalanya (oleh beberapa oknum, Red.) rumah burung hantu dipanjat terus burung yang masih kecil dijual," katanya.
Ia mengakui keberadaan hama tikus tersebut merupakan permasalahan yang cukup sulit di Juwiring.
"Kalau di awal tahun ada serangan wereng, sekarang yang mengganas tikus," katanya.
Akibat kondisi tersebut, dikatakannya, beberapa daerah bahkan memilih untuk tidak menanam padi.
"Ya karena hama tikus luar biasa, seperti di Desa Tanjung, Desa Kwarasan. Ini memang baru tikus yang merajalela," katanya.
Ia mengatakan dari sekitar 2.000 hektar lahan padi di Kecamatan Juwiring, ada 50 hektar di antaranya yang terserang oleh hama tikus. Akibatnya, panen yang dilakukan oleh sebagian petani menjadi tidak optimal.
Sementara itu, hingga saat ini harga beras belum kembali normal menyusul belum masuknya musim panen.
Meski demikian, Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Heru Sunardi mengatakan saat ini harga beras mulai mengalami penurunan.
Hingga minggu lalu untuk harga beras kualitas premium di tingkat eceran dari Rp16.000/kg turun menjadi Rp15.000/kg, yang dari Rp15.000/kg turun menjadi Rp14.000-14.500/kg.
Baca juga: Hama wereng masih jadi PR bagi petani di Kabupaten Klaten