Kudus (ANTARA) -
Pengembangan sepak bola putri di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, bakal melibatkan 50 madrasah ibtidaiyah (MI) setelah sebelumnya melibatkan 32 sekolah dasar (SD) baik negeri maupun swasta di Kabupaten Kudus.
"Kami menyambut baik keterlibatan 50-an sekolah MI di Kudus dalam pengembangan sepak bola putri ini. Tentunya, sepak bola juga berguna untuk meningkatkan kecerdasan sosial dan emosional yang diharapkan dapat berdampak positif pada pembentukan karakter para peserta didik," kata Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Kementerian Agama Kabupaten Kudus Salma Munawwaroh di sela-sela jumpa pers di Supersoccer Arena Rendeng, Kabupaten Kudus, Sabtu.
Apalagi, kata dia, sepak bola merupakan olahraga beregu yang berdampak positif bagi keterampilan dan kecerdasan anak dalam mengelola emosi dan bersosialisasi. Mereka juga dituntut bisa bekerja sama dan berkolaborasi sehingga bisa memupuk rasa percaya diri, mengelola emosional serta membangun kecerdasan sosial.
Salma menambahkan, keterlibatan siswi dalam sepak bola putri ini merupakan upaya yang tepat dalam meningkatkan potensi peserta didik di bidang non akademis. Selain untuk meningkatkan berbagai keterampilan lunak, kegiatan ini juga menyehatkan karena mendorong anak lebih aktif berolahraga.
"Anak perempuan itu memang perlu ditingkatkan aktivitas geraknya, apalagi di era gawai seperti sekarang, mereka sering terpaku dengan ponselnya. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para siswi jadi suka berolahraga yang pada akhirnya dapat menjadi individu yang sehat secara jasmani dan rohani serta tumbuh menjadi pribadi berkarakter tangguh. Selamat berlatih dan bertanding untuk para guru maupun siswi MI," ujarnya.
Untuk mempersiapkan 50 MI mengikuti program pengembangan sepak bola putri, maka 50 guru MI di Kudus juga mendapat kesempatan mengikuti milkLife coaching clinic batch 1, 2 dan 3. Selain 50 guru MI, ternyata terdapat pula 61 guru SD negeri maupun swasta yang mengikutinya sehingga total tenaga pendidik yang mengikuti pelatihan ada 111 orang.
Selain itu, sebanyak 16 pelatih Sekolah Sepak Bola (SSB) di Kudus dan 29 mantan pesepakbola juga diikutsertakan, untuk mengantisipasi jika ada sekolah yang akan berlaga pada "MilkLife Soccer Challenge" bulan Agustus dan September 2023.
Coaching clinic merupakan pelatihan untuk guru olahraga SD menjadi langkah awal agar para pendidik memiliki pemahaman dan kemampuan dasar tentang sepak bola putri U-10 dan U-12.
Setelah dilaksanakannya coaching clinic, para guru akan kembali ke sekolahnya dan membentuk tim sepak bola putri untuk dua kategori usia yakni U-10 dan U-12. Selanjutnya tim tersebut akan berlaga pada "MilkLife Soccer Challenge" yang dihelat tiga hingga empat kali dalam setahun di Supersoccer Arena Rendeng, Kabupaten Kudus.
Pada kesempatan ini, Coach Timo Scheunemann yang merupakan pelatih berlisensi UEFA A tersebut berbagi pengalaman dan materi, di antaranya seputar penguasaan bola atau ball mastery, dribbling, passing, taktik menyerang dan bertahan, hingga program latihan sesuai standar Sekolah Sepak Bola (SSB).
"Melalui coaching clinic', kami berharap agar para guru dapat memahami dan mempraktekkan apa yang sudah dipelajari selama sepekan, kepada anak didiknya, sehingga para siswi yang tergabung dalam tim nantinya sudah memiliki teknik dasar dalam bermain sepak bola. Selain penguasaan teknik, yang terpenting adalah anak-anak merasa fun ketika menjalani latihan maupun bertanding. Sehingga nantinya mereka akan mencintai sepak bola dan akan menekuninya," ujarnya.
Sementara itu, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin mengatakan coaching clinic yang diadakan bagi para guru dan nantinya bermuara para turnamen sepak bola putri ini merupakan upaya dari Djarum Foundation dan produsen susu dalam menggelorakan semangat berolahraga agar para siswi sekolah dasar mulai mengenal dan mencintai sepak bola.
Dengan begitu, diharapkan kelak akan lahir para pesepakbola putri profesional yang bisa membawa Indonesia berlaga di Piala Dunia.
"Kami berkomitmen untuk menyebarkan semangat dan kecintaan berolahraga, khususnya sepak bola putri kepada siswi-siswi Sekolah Dasar di Kudus. Sebelum kita melangkah ke tahap pembinaan para pemain, guru-guru SD kita latih terlebih dahulu mulai dari teknik dasar yang baik dan benar, sehingga kemudian mereka bisa menularkan ilmu yang telah didapat dari program coaching clinic ini kepada siswi binaannya," ujarnya.