Pemerintah Kota Surakarta berupaya memastikan anak putus sekolah kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi agar tercipta sumber daya manusia (SDM) yang sejahtera.
"Kami sedang menjaring datanya, tambahan ada 130 dari Dinas Sosial, verifikasi BPNT (bantuan pangan nontunai)," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Surakarta Dian Rineta di Solo, Jateng, Selasa.
Ia mengatakan dalam menangani anak putus sekolah, saat ini Pemkot Surakarta memiliki program Asli Soloku Pinter, yakni Ayo Sekolah Lagi, Cah Solo Kudu Pinter.
"Perlu kerja keras bareng untuk menyadarkan masyarakat, siapa yang belum sekolah agar dipaksa sekolah," katanya.
Ia mengatakan jumlah anak putus sekolah setiap tahunnya cenderung bertambah. Ia mengatakan hingga saat ini jumlahnya sudah lebih dari 1.000 anak. Bahkan ada temuan yang tidak terdata.
"Data dasar awal sampai ribuan, namun ada sebagian yang sudah sekolah. Kalau data ribuan sampai usia 21 tahun, dari usia SD. Itu data sebelum COVID-19," katanya.
Dari total tersebut, sebanyak 200 anak sudah siap untuk ditindaklanjuti dan diharapkan mulai tahun ini bisa kembali bersekolah.
Terkait hal itu, pihaknya memprioritaskan akan menuntaskan 7-18 tahun. Ia mengatakan untuk usia tersebut diarahkan agar masuk sekolah reguler.
"Bebas (biaya, Red.), dapat seragam, dekat dengan rumah, nggak ada kuota khusus," katanya.
Disinggung mengenai pernikahan dini usia sekolah, dikatakannya, tetap difasilitasi untuk memperoleh pendidikan yang layak.
"Dimasukkan jalur nonformal, masuk lapas saja kami fasilitasi sekolah. Sesuai kebutuhan anak, jadi ada assessment, mereka maunya seperti apa. Saya menutup ruang orang tua beralasan anak nggak mau sekolah," katanya.***3***