Pemkab Batang lestarikan budaya dan kearifan lokal
Batang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang, Jawa Tengah, siap melestarikan budaya kearifan lokal yaitu penggunaan alat musik tradisional kentongan sebagai media membangun warga untuk sahur pada saat Bulan Suci Ramadhan.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop UKM) Batang Subiyanto di Batang, Minggu, mengatakan bahwa selama ini penggunaan alat musik tradisional kentongan sebagai media membangun warga untuk sahur pada saat Blan Suci Ramadhan mulai terkikis.
"Oleh karena itu kami berkomitmen untuk melestarikan budaya kearifan lokal itu melalui lomba. Lomba kentongan ini akan terus menjadi agenda rutin setiap memasuki Bulan Suci Ramadhan," kata Subiyanto.
Menurut dia, jumlah kelompok yang melestarikan budaya "tong tong prek" atau alat musik kentongan tidak sebanyak dulu seiring dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat.
Namun, lanjut dia, melalui lomba kentongan ini ternyata masih ada warga yang setia untuk menghidupkan kearifan lokal tersebut, sehingga hal itu perlu mendapat dukungan dari pemkab.
"Kami berupaya kegiatan perlombaan sejenis ini akan dilestarikan agar budaya kentongan tetap ada penerusnya," kata Subiyanto.
Lurah Proyonanggan Selatan Bambang Pitoyo mengapresiasi kegiatan lomba kentongan karena bisa melestarikan budaya lokal, untuk membangunkan orang sahur.
"Melalui alat musik kentongan menunjukkan rasa persatuan dalam menjaga keamanan lingkungan setempat," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop UKM) Batang Subiyanto di Batang, Minggu, mengatakan bahwa selama ini penggunaan alat musik tradisional kentongan sebagai media membangun warga untuk sahur pada saat Blan Suci Ramadhan mulai terkikis.
"Oleh karena itu kami berkomitmen untuk melestarikan budaya kearifan lokal itu melalui lomba. Lomba kentongan ini akan terus menjadi agenda rutin setiap memasuki Bulan Suci Ramadhan," kata Subiyanto.
Menurut dia, jumlah kelompok yang melestarikan budaya "tong tong prek" atau alat musik kentongan tidak sebanyak dulu seiring dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat.
Namun, lanjut dia, melalui lomba kentongan ini ternyata masih ada warga yang setia untuk menghidupkan kearifan lokal tersebut, sehingga hal itu perlu mendapat dukungan dari pemkab.
"Kami berupaya kegiatan perlombaan sejenis ini akan dilestarikan agar budaya kentongan tetap ada penerusnya," kata Subiyanto.
Lurah Proyonanggan Selatan Bambang Pitoyo mengapresiasi kegiatan lomba kentongan karena bisa melestarikan budaya lokal, untuk membangunkan orang sahur.
"Melalui alat musik kentongan menunjukkan rasa persatuan dalam menjaga keamanan lingkungan setempat," katanya.