"SangiRUN Night Trail 2022" di Sragen diikuti ratusan pelari
Sragen (ANTARA) - Ratusan pelari profesional dan lokal ikut memeriahkan lomba "SangiRUN Night Trail 2022" di kawasan Situs Sangiran Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Sabtu (17/9) malam.
Peserta lomba lari malam hari tersebut, 120 pelari profesional dan sekitar 200 pelari dari kalangan masyarakat umum atau lokal dengan jarak empat kilometer. Kegiatan juga diikuti Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati dan Wakil Bupati Sragen Suroto
Ketua Panitia SangiRUN Night Trail 2022 Andri Donas mengatakan lomba lari 25 km itu merebutkan hadiah total Rp66 juta.
Para pelari profesional datang dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Kegiatan lomba lari malam hari ini sudah digelar dua kali, sedangkan peserta tahun ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang 100 atlet. Juara pertama mendapatkan hadiah Rp10 juta, kedua Rp7 juta, dan ketiga Rp5 juta.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Restu Gunawan mengatakan kegiatan itu, upaya pemerintah mengenalkan warisan budaya, salah satunya Sangiran.
"Para pelari diharapkan akan menyuarakan agen-agen kebudayaan kita tentang Situs Sangiran agar masyarakat semakin peduli dan akhirnya mau belajar tentang situs ini, yang sangat penting bagi peradaban manusia," kata dia.
Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran Iskandar Mulya Siregar menambahkan peserta lomba lari malam hari lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun pertama masih dibatasi 100 peserta dan saat ini mencapai 120 atlet profesional dan 200 pelari lokal.
Ia mengatakan rute lomba lari ada dalam Situs Sangiran yang luasnya 59,21 kilometer persegi, baik di Kabupaten Sragen maupun Karanganyar. Rute lomba lari 25 km menelusuri semua daerah situs atau sekitar 11 desa.
"Tujuan dari kegiatan ini, untuk orang akan lebih perduli kepada warisan budaya kita khususnya untuk prasejarah. Setelah itu, mencintai, menyayangi dan ikut melestarikan betapa pentingnya warisan budaya ini," katanya.
Elmi, pelari asal Magelang, mengaku mengikuti ajang pertama, khususnya trail, sehingga belum tahu medan, sedangkan lomba pada malam hari baru pertama juga diikuti.
"Saya hanya mengandalkan pengaman dan semuanya termasuk fisik sudah siap," kata dia.
Peserta lomba lari malam hari tersebut, 120 pelari profesional dan sekitar 200 pelari dari kalangan masyarakat umum atau lokal dengan jarak empat kilometer. Kegiatan juga diikuti Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati dan Wakil Bupati Sragen Suroto
Ketua Panitia SangiRUN Night Trail 2022 Andri Donas mengatakan lomba lari 25 km itu merebutkan hadiah total Rp66 juta.
Para pelari profesional datang dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Kegiatan lomba lari malam hari ini sudah digelar dua kali, sedangkan peserta tahun ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang 100 atlet. Juara pertama mendapatkan hadiah Rp10 juta, kedua Rp7 juta, dan ketiga Rp5 juta.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Restu Gunawan mengatakan kegiatan itu, upaya pemerintah mengenalkan warisan budaya, salah satunya Sangiran.
"Para pelari diharapkan akan menyuarakan agen-agen kebudayaan kita tentang Situs Sangiran agar masyarakat semakin peduli dan akhirnya mau belajar tentang situs ini, yang sangat penting bagi peradaban manusia," kata dia.
Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran Iskandar Mulya Siregar menambahkan peserta lomba lari malam hari lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun pertama masih dibatasi 100 peserta dan saat ini mencapai 120 atlet profesional dan 200 pelari lokal.
Ia mengatakan rute lomba lari ada dalam Situs Sangiran yang luasnya 59,21 kilometer persegi, baik di Kabupaten Sragen maupun Karanganyar. Rute lomba lari 25 km menelusuri semua daerah situs atau sekitar 11 desa.
"Tujuan dari kegiatan ini, untuk orang akan lebih perduli kepada warisan budaya kita khususnya untuk prasejarah. Setelah itu, mencintai, menyayangi dan ikut melestarikan betapa pentingnya warisan budaya ini," katanya.
Elmi, pelari asal Magelang, mengaku mengikuti ajang pertama, khususnya trail, sehingga belum tahu medan, sedangkan lomba pada malam hari baru pertama juga diikuti.
"Saya hanya mengandalkan pengaman dan semuanya termasuk fisik sudah siap," kata dia.