Petani melon asal Desa Besito Kudus pilih sistem hidroponik karena lebih lezat
Kudus (ANTARA) - Petani di Desa Besito, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berhasil mengembangkan komoditas melon dengan sistem hidroponik dengan kualitas buah yang lebih unggul dibandingkan dengan melon yang ditanam secara konvensional di areal pertanian.
"Keunggulannya, mulai dari rasa yang lebih manis, buah tidak mudah layu dan aroma buahnya juga lebih wangi. Kualitasnya memang lebih unggul dibandingkan dengan melon yang ditanam di areal pertanian pada umumnya," kata Petani Melon asal Desa Besito Denny Saputra di Kudus, Kamis.
Selain menanam bibit buah melon lokal, kata dia, dirinya juga menanam bibit buah dari luar, mulai dari Jepang hingga Korea Selatan.
Ia mengungkapkan bibitnya memang didatangkan langsung dari kedua negara tersebut.
Untuk rasa buah melon lokal dengan luar, kata dia, setelah ditanam dengan sistem hidroponik kualitasnya hampir sama, tetapi untuk rasa memang lebih enak melon dari Jepang.
Hasilnya, imbuh dia, tanaman buah melon tersebut berhasil dikembangkan hingga dipanen bulan ini, termasuk melon dari Jepang dan Korea Selatan.
Melon hidroponik tersebut, dijual sebesar Rp40.000 per kilogram, termasuk buah melon yang bibitnya dari Jepang dan Korea Selatan juga dijual dengan harga sama.
"Di Jepang buah melon tersebut dijual dengan harga hingga jutaan," ujarnya.
Untuk pangsa pasar melon hidroponik tersebut, kata dia, untuk pasar luar daerah, salah satunya dijual ke Jakarta karena harganya tergolong mahal dibandingkan buah melon lokal. Biaya tanam dan perawatan hingga panen memang mahal karena mencapai Rp20-an juta, sedangkan investasi awal membangun "green house" atau rumah kaca bisa mencapai Rp420 juta.
Penanaman melon dengan sistem hidroponik tersebut, diakui masih tahap uji coba sehingga dalam satu "green house" berukuran 500 meter persegi dengan jumlah bibit 1.500 bibit. Sedangkan hasil panennya bisa mencapai 2,5 ton karena panennya belum selesai seluruhnya.
Dalam rangka mempromosikan melon sistem hidroponik tersebut kepada masyarakat, dirinya juga mempromosikannya melalui media sosial bahwa melon tersebut bisa dibeli dengan cara petik sendiri di kebun.
"Kami sisakan 30 persen untuk dijual kepada masyarakat agar ikut merasakan kualitas melon dengan sistem hidroponik tersebut," ujarnya.
"Keunggulannya, mulai dari rasa yang lebih manis, buah tidak mudah layu dan aroma buahnya juga lebih wangi. Kualitasnya memang lebih unggul dibandingkan dengan melon yang ditanam di areal pertanian pada umumnya," kata Petani Melon asal Desa Besito Denny Saputra di Kudus, Kamis.
Selain menanam bibit buah melon lokal, kata dia, dirinya juga menanam bibit buah dari luar, mulai dari Jepang hingga Korea Selatan.
Ia mengungkapkan bibitnya memang didatangkan langsung dari kedua negara tersebut.
Untuk rasa buah melon lokal dengan luar, kata dia, setelah ditanam dengan sistem hidroponik kualitasnya hampir sama, tetapi untuk rasa memang lebih enak melon dari Jepang.
Hasilnya, imbuh dia, tanaman buah melon tersebut berhasil dikembangkan hingga dipanen bulan ini, termasuk melon dari Jepang dan Korea Selatan.
Melon hidroponik tersebut, dijual sebesar Rp40.000 per kilogram, termasuk buah melon yang bibitnya dari Jepang dan Korea Selatan juga dijual dengan harga sama.
"Di Jepang buah melon tersebut dijual dengan harga hingga jutaan," ujarnya.
Untuk pangsa pasar melon hidroponik tersebut, kata dia, untuk pasar luar daerah, salah satunya dijual ke Jakarta karena harganya tergolong mahal dibandingkan buah melon lokal. Biaya tanam dan perawatan hingga panen memang mahal karena mencapai Rp20-an juta, sedangkan investasi awal membangun "green house" atau rumah kaca bisa mencapai Rp420 juta.
Penanaman melon dengan sistem hidroponik tersebut, diakui masih tahap uji coba sehingga dalam satu "green house" berukuran 500 meter persegi dengan jumlah bibit 1.500 bibit. Sedangkan hasil panennya bisa mencapai 2,5 ton karena panennya belum selesai seluruhnya.
Dalam rangka mempromosikan melon sistem hidroponik tersebut kepada masyarakat, dirinya juga mempromosikannya melalui media sosial bahwa melon tersebut bisa dibeli dengan cara petik sendiri di kebun.
"Kami sisakan 30 persen untuk dijual kepada masyarakat agar ikut merasakan kualitas melon dengan sistem hidroponik tersebut," ujarnya.