Semarang (ANTARA) -
"Dengan pengalaman kita hampir tiga tahun, kita sadar diri. Kapan kemudian kita harus memproteksi diri sehingga sekali lagi kalau di tempat terbuka, terus kemudian yang kedua ketika kita agak tidak enak badan, segera kita pakai masker sehingga kita bisa memproteksi," kata Ganjar di Semarang, Rabu.
Orang nomor satu di Jateng itu tetap menekankan masyarakat untuk melihat situasi dan kondisi berada misalnya saat beraktivitas di luar ruangan dan ada kerumunan orang.
"Tapi tetap saja kalau di sebuah kerumunan, di luar jaraknya terlalu pendek, saya menyarankan tetap pakai masker. Kalau kerumunan tidak banyak menurut saya tidak pakai masker tidak apa-apa," ujar mantan anggota DPR RI itu.
Baca juga: Presiden: Masyarakat boleh lepas masker di area terbuka
Ganjar sepakat dengan pernyataan beberapa pakar yang menyatakan bahwa memakai masker tidak hanya melindungi diri dari COVID-19, tapi juga penyakit lain seperti hepatitis akut yang baru-baru ini muncul dan menjangkit anak-anak.
"Itu kan juga ada anak-anak yang potensi bisa terkena hepatitis akut. Itu juga bisa akan disampaikan, tapi sampai saat ini belum ada penjelasan dari otoritas kesehatan yang menyampaikan bagaimana model penularan dan sebagainya. Untuk anak-anak memang harus hati-hati," katanya.
Seperti diwartakan, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan kebijakan pelonggaran aturan pakai masker untuk aktivitas di luar ruangan, Selasa (17/5) sehingga masyarakat tidak wajib memakai masker saat beraktivitas di luar ruangan.
Kendati demikian, masih ada beberapa kondisi tertentu yang mengharuskan seseorang memakai masker diantaranya, saat beraktivitas di dalam ruangan atau ruangan tertutup dan transportasi publik.
Kelompok rentan seperti lansia dan orang dengan komorbid disarankan tetap memakai masker saat beraktivitas, begitu juga bagi seseorang yang bergejala seperti batuk dan pilek.
Baca juga: Gibran minta warga Surakarta tetap pakai masker di angkutan umum
Baca juga: Pemkot Surakarta ikuti imbauan pelonggaran masker di ruang terbuka